Sistem kabel listrik bawah tanah Yogyakarta direncanakan dimulai 2020

id ducting,kabel listrik, PLN

Sistem kabel listrik bawah tanah Yogyakarta direncanakan dimulai 2020

PT PLN Area Yogyakarta saat pertemuan multi stakeholders di Yogyakarta (Eka Arifa Rusqiyati)

Yogyakarta (ANTARA) - Sistem kabel listrik bawah tanah (ducting) di Kota Yogyakarta direncanakan mulai pada 2020 yang akan diawali dengan menata kabel listrik udara di Jalan Sudirman dari penggal Jembatan Gondolayu hingga Tugu sehingga tidak ada lagi kabel yang terlihat semrawut.

“Koordinasi untuk penataan kabel listrik dengan menanam kabel di tanah sudah dimulai sejak dua tahun lalu. Penataan diprioritaskan dari kawasan Tugu sampai Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Kami akan mulai dari Jembatan Gondolayu sampai Tugu pada 2020,” kata Manajer PT PLN Area Yogyakarta Eric Rossi di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, penataan kabel listrik udara tersebut akan dilakukan bersama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta yang menyiapkan perencanaan sekaligus anggaran dengan nilai sekitar Rp7 miliar.



Nantinya, lanjut dia, penerapan sistem ducting di ruas jalan tersebut tidak hanya dilakukan untuk kabel listrik milik PT PLN saja tetapi juga diterapkan untuk kabel telepon atau fiber optik milik PT Telkom. Penataan akan dilakukan untuk kabel di sisi utara dan selatan jalan.

“Harapannya, seluruh kabel listrik udara yang ada di Kota Yogyakarta bisa diturunkan sehingga akan terlihat lebih rapi. Meskipun untuk melakukannya dibutuhkan anggaran yang cukup besar,” katanya.

Eric mengatakan penataan kabel listrik dengan sistem ducting memiliki berbagai keunggulan bila dibanding dengan sistem kabel udara, yaitu mengurangi potensi gangguan eksternal yang bisa mempengaruhi pasokan listrik ke pelanggan. Sebagian besar gangguan listrik PLN disebabkan faktor eksternal seperti pohon, hewan atau kegiatan kegiatan konstruksi.



Meskipun demikian, investasi yang harus dikeluarkan untuk menerapkan sistem ducting kabel listrik cukup besar. Tetapi, lanjut dia, hampir dipastikan perawatannya cukup murah. “Hanya saja, jika terjadi gangguan akan lebih sulit untuk dicari asalnya. Harus dicek satu per satu,” katanya.

Sedangkan untuk sistem kabel udara memiliki kelemahan pada tingkat potensi gangguan yang cukup tinggi, namun untuk membangunnya tidak membutuhkan investasi yang besar dan lebih mudah mencari kerusakan jika terjadi gangguan.

Jaringan listrik yang akan ditata dengan sistem ducting dari Jembatan Gondolayu hingga Tugu tersebut merupakan jaringan listrik distribusi. “Sebelumnya, kami juga sudah menerapkan sistem ducting untuk jalur listrik transmisi dari Wirobrajan sampai gardu PLN di Gejayan,” katanya.



Sementara itu, Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengatakan sebagai kota pariwisata maka aspek penataan wajah kota menjadi salah satu program yang harus dilakukan, termasuk menata kabel listrik udara agar tidak terlihat semrawut.

“PLN diharapkan tidak hanya memberikan dukungan dengan memastikan kecukupan pasokan energi listrik, tetapi juga menyumbang peran dalam penataan wajah Kota Yogyakarta,” katanya.

Program penataan kabel listrik udara tersebut, lanjut dia, dapat dimulai dari kawasan strategis khususnya kawasan cagar budaya.

Berdasarkan data PT PLN Area Yogyakarta, hingga saat ini penggunaan energi listrik baru mencapai sekitar 90 megawatt dari ketersediaan energi listrik sebanyak 240 megawatt sehingga masih ada surplus sekitar 150 megawatt.

Hingga Agustus tahun ini, kecenderungan gangguan listrik juga mengalami penurunan hingga 20,5 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu yaitu 62 kali gangguan dari sebelumnya 78 kali gangguan. Meskipun demikian, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemulihan jika terjadi gangguan rata-rata sekitar 107 menit dari target 71 menit.


 

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024