Pakar UGM sebut sistem polder solusi tanggulangi banjir di DKI Jakarta

id pakar ugm,sistem older,polder atasi banjir, banjir jakarta

Pakar UGM sebut sistem polder solusi tanggulangi banjir di DKI Jakarta

Sejumlah pakar di UGM bicarakan solusi banjir di DKI Jakarta, di Kampus UGM, Yogyakarta, Senin. (FOTO ANTARA/Luqman Hakim)

Yogyakarta (ANTARA) - Sejumlah pakar hidrologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memandang bahwa penerapan sistem polder dapat menjadi solusi utama penanggulangan banjir di DKI Jakarta, selain normalisasi sungai dan pembersihan drainase.

"Saya kira satu-satunya mungkin ya, cara penanggulangan banjir di Jakarta ya dengan sistem polder itu," kata pakar hidrologi yang juga pengajar Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (DTSL) Fakultas Teknik UGM Prof. Bambang Triatmodjo saat jumpa pers di Kampus UGM, Yogyakarta, Senin.

Pembangunan sistem polder antara lain seperti yang telah diterapkan di Perumahan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Sistem polder itu, kata dia, mampu membuat perumahan elit yang berada minus 2 meter di bawah permumakaan air laut tetap terlindungi dari potensi banjir.

Oleh sebab itu, menurut Bambang, Pemda DKI Jakarta perlu menempatkan sistem polder yang merupakan kombinasi tanggul dan pompa itu di sejumlah titik menyesuaikan dengan peta genangan dari Dinas PU setempat.

Menurut dia, tanpa sistem itu yang juga disertai dengan normalisasi sungai dan pembersihan drainase, maka potensi banjir di Jakarta sulit dicegah. Apalagi jika curah hujan sangat tinggi seperti pada 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020 yang mencapai 377 milimeter per hari.

"Jadi polder saya kira satu-satunya jalan untuk solusi (banjir) di Jakarta," kata dia.

Pakar teknik sumber daya air UGM, Prof. Budi Santoso menjelaskan seperti yang diterapkan di Belanda, sistem polder adalah membuat tanggul mengelilingi kota agar air tidak kemasukan air. Sedangkan air yang di dalam tanggul dikumpulkan kemudian dipompa ke luar dan dialirkan ke laut.

Menurut dia, sistem itu biasanya diterapkan di sejumlah tempat dengan ketinggian muka air tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.

Di Jakarta, penurunan permukaan tanah terus terjadi. Hingga 2013 berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM sudah turun 40 meter dari asalnya, khususnya di Jakarta bagian utara.

"Jadi kita harus tahu kenapa tanah di Jakarta itu tenggelam karena suplai air bersih di Jakarta kurang dibandingkan kebutuhan karena banyak hotel banyak apartemen mereka memompa air tanah dari bawah ke atas, maka tanah ke bawah," kata dia.

Sementar itu, terkait langkah normalisasi, Budi menyebutkan bahwa hal ini dapat dilakukan sebagai salah satu langkah untuk mengatasi banjir. Untuk mendukung upaya normalisasi saluran drainase harus lebih diperkuat strukturnya dengan beton agar tahan erosi.

Meski demikian, pakar hidrologi UGM dari Fakultas Teknik UGM Prof Nur Yuwono mengatakan bahwa pembangunan sistem polder bukan hal yang mudah. Pasalnya, selain biayanya tidak murah, pembuatan tanggul sebagai unsur pendukung sistem itu sulit diwujudkan di perkotaan.

Sistem polder yang diterapkan di Perumahan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, menurut dia, dahulu juga sempat dianggap sebagai biang timbulnya banjir karena berbeda dengan kawasan lainnya, perumahan itu tidak terkena banjir. "Tidak semua bisa dibuat tanggul. Di kota tidak mudah membangun tanggul," kata Nur.