Yogyakarta (ANTARA) - Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta yang digelar rutin setiap tahun untuk memeriahkan perayaan Imlek serta mengenalkan akulturasi budaya Tionghoa dan Indonesia pada tahun ini hadir dengan acara baru yaitu Pameran Rumah Budaya.
“Acara pameran ini akan diselenggarakan di Rumah Kapiten Tan Djing Sing yang berada di kawasan Ketandan Yogyakarta yang juga menjadi pusat penyelenggaran kegiatan,” kata Humas Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) 2020 Fantoni di Yogyakarta, Kamis.
Pameran akan dilakukan selama PBTY 2020 berlangsung yaitu pada 2-8 Februari yang dibuka mulai pukul 17.00 WIB sampai 22.00 WIB.
Dalam pameran tersebut akan ditampilkan beragam barang-barang atau perabot kuno bergaya peranakan yang dulunya banyak ditemui di rumah-rumah Tionghoa, di antaranya meja, tempat tidur, kursi, pernak-pernik hiasan ruangan, guci, hingga gentong.
Fantoni memastikan, pengunjung dapat menikmati pameran tersebut dengan nyaman karena sudah dibuatkan alur khusus sehingga pengunjung yang ingin masuk atau keluar tidak akan saling berpapasan.
”Kami berterima kasih karena rumah ini akhirnya dibeli oleh Pemerintah DIY dan bisa kami manfaatkan untuk menggelar pameran saat PBTY tahun ini. Pameran ini adalah terobosan baru kami untuk semakin memeriahkan PBTY,” katanya.
Rumah di kawasan Ketandan tersebut, lanjut Fantoni juga sangat bersejarah karena pemilik rumah, Kapiten Tan Djing Sing atau KRT Secodiningrat memiliki jasa menemukan Candi Borobudur bersama Raffles.
“Selain pemeran barang peranakan, juga akan digelar berbagai kegiatan tambahan seperti kelas memasak masakan Tionghoa, sarasehan batik Tionghoa, dan ramalan yang diperkirakan akan menarik minat banyak pengunjung,” kata Fantoni.
Sementara itu, rangkaian kegiatan PBTY 2020 yang memasuki penyelenggaraan tahun ke-15 tersebut akan dibuka dengan kegiatan karnaval di sepanjang Malioboro hingga Titik Nol Kilometer pada 2 Februari malam hari.
Dalam kegiatan karnaval akan ditampilkan tiga naga barongsai yang menjadi pemenang dalam Jogja Dragon Festival yang digelar sehari sebelumnya, 1 Februari di Sleman City Hall.
Sedangkan di panggung utama PBTY yang berada di kawasan Ketandan Yogyakarta juga akan ditampilkan berbagai kegiatan hiburan, stan kuliner, pertunjukan wayang potehi, lomba budaya Mandarin, lomba karaoke Mandarin, dan pemilihan Koko Cici Yogyakarta.
Selama tujuh hari pelaksanaan, Fantoni beharap perayaan Imlek tersebut dapat menarik minat sekitar 10.000 wisatawan domestik dan 5.000 wisatawan mancanegara.
“Kami juga sangat berharap, gelaran PBTY yang sudah rutin diselenggarakan selama belasan tahun terakhir ini bisa masuk dalam 100 agenda wisata nasional. Dengan masuk agenda wisata nasional, maka otomatis dipromosikan ke luar negeri,” katanya.
Meskipun demikian, ia menyebut sampai saat ini harapan tersebut belum dapat diwujudkan.
“Tetapi, kami terus melakukan berbagai usaha agar kegiatan ini masuk agenda wisata nasional,” katanya yang menyebut PBTY adalah perayaan Imlek dengan durasi terlama yang ada di Indonesia.