Pemkab : Konstruksi jembatan didesain lebih tinggi dari batas banjir

id Pembangunan jembatan

Pemkab : Konstruksi jembatan didesain lebih tinggi dari batas banjir

Proses pembangunan jembatan di Kedung Jati, Desa Selopamioro Bantul, menggantikan jembatan lama yang hanyut karena diterjang banjir karena dampak badai Siklon Tropis Cempaka pada 2017 (Foto ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa konstruksi badan jembatan yang sedang proses pembangunan di lima titik sungai daerah ini didesain lebih tinggi dari prediksi titik batas ketinggian banjir agar tidak diterjang banjir luapan air sungai.

"Kalau konstruksi badan jembatan sudah kita desain diatas ketinggian banjir paling tinggi, sehingga nanti kalau ada banjir yang sifatnya seperti (dampak) Siklon Cempaka, Insya Allah tidak menyentuh badan jembatan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bantul Dwi Daryanto di Bantul, Rabu.

Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat ini tengah membangun kembali lima jembatan di atas sungai wilayah Bantul, menggantikan jembatan yang roboh dan hanyut akibat diterjang banjir dampak badai Siklon Tropis Cempaka pada 2017.

Menurut dia, lima jembatan itu adalah Jembatan Gayam di Desa Segoroyoso Pleret, Jembatan Kedung Jati di Selopamioro Imogiri, Jembatan Kiringan di Canden Jetis dan Jembatan Benyo di Pajangan dan Jembatan Dzikrul Ghofilun di Kasihan. Total biaya pembangunan sebesar Rp64 miliar.

"Tinggi jembatan ke atas sekitar 10 sampai 11 meter, asumsi banjir di bawah ketinggian itu, jadi masih ada 'space' sekitar satu sampai dua meter, lebih aman banjir, makanya jembatan kita desain seperti itu supaya tidak mudah rusak," katanya.

Menurut dia, dengan badan jembatan di atas titik ketinggian banjir, maka harapannya jembatan tetap kokoh ketika kejadian tersebut terulang, meski begitu konstruksi juga didesain lebih kuat, termasuk pada bagian bawah atau tiang penyangga jembatan didesain tidak berada di tengah.

"Tiang konstruksi kita bikin tidak berada di tengah seperti yang di Jembatan Gayam dengan panjang bentangan sekitar 50 meter, sehingga kalau ada sangkrah atau rumpun bambu terbawa arus sungai tidak nyangkut di tiang jembatan, itu salah satu yang kita desain," katanya.

Dia juga mengatakan, kemudian untuk konstruksi jembatan di Kedung Jati Desa Selopamioro karena bentangan sekitar 80 meter, maka akan terdapat satu tiang konstruksi jembatan pada titik 50 meter dari salah satu sisi jembatan.

"Karena bentangan sekitar 80 meter, sehingga kita bagi dua 50 meter sama 30 meter, tapi yang 30 meter kita arahkan ke tempat yg tidak terdampak banjir, sehingga kalaupun ada rumpun bambu tidak nyangkut di badan jembatan, ini yang membuat lebih bagus dari desain sebelumnya," katanya.

Dia juga memastikan kontruksi jembatan yang dibangun sudah kuat dari sebelumnya, karena tiang panjang ke dalam bawah tanah sampai batas tembus tanah yang paling keras atau sekitar 20-an meter.