Petani milenial sukses angkat potensi bawang merah di Boyolali

id petani

Petani milenial sukses angkat potensi bawang merah di Boyolali

Mahasiswa Polbangtan YoMa melakukan pendampingan petani dalam optimalisasi adopsi teknik budidaya bawang merah (ANTARA/HO-Polbangtan YoMA)

Yogyakarta (ANTARA) - Petani milenial berhasil mengangkat potensi bawang merah yang cukup tinggi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, sehingga para petani menjadi lebih antusias memaksimalkan komoditas tersebut. 

Bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang mempunyai daya adaptasi luas dan bernilai ekonomi cukup tinggi. Dilansir dari data BPS, nilai ekspor bawang merah pada tahun 2020 mencapai 13,74 juta dolar AS dengan negara tujuan utama ekspor Thailand. 

Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong peningkatan produktivitas komoditas pertanian salah satunya bawang merah.

Turut serta dalam upaya tersebut mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) tengah melakukan kegiatan pendampingan petani sejak awal Juli lalu melakukan optimalisasi adopsi teknik budidaya bawang merah terhadap petani Desa Dibal, Kabupaten Boyolali. 

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, keterlibatan generasi muda dalam sektor pertanian diyakini dapat mempercepat Kementan dalam mewujudkan tujuan pembangunan pertanian.

"Pertanian ibarat emas 100 karat, berpotensi tinggi dan sudah jelas menguntungkan. Apalagi jika didukung SDM yang memadai. Untuk itu peran generasi muda sangat menentukan," kata Mentan Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menegaskan untuk mewujudkan SDM pertanian yang profesional, berjiwa wirausaha dan berdaya saing didorong melalui program aksi yaitu penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan.

"Kami telah mencanangkan 3 aksi strategis BPPSDMP yaitu penguatan penyuluh dan petani melalui Kostratani, penumbuhan petani milenial, dan kita juga harus mendukung program-program utama Kementan lainnya," kata Dedi.

Wakil Direktur I Polbangtan YoMa Sujono yang turut hadir pada kegiatan tersebut mengatakan bahwa mahasiswa bekerja sama dengan PPL setempat mengenalkan teknik budidaya bawang merah yang telah teruji dan biasa dilakukan di daerah lain seperti di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Ngawi.

"Beberapa petani di Desa Dibal sudah memulai budidaya bawang merah sebelumnya, namun hadirnya mahasiswa kami dan dibantu PPL setempat untuk mengenalkan teknik budidaya baru dan sudah teruji di daerah lain diharapkan dapat meningkatkan antusias petani untuk terus mengembangkan komoditas ini," kata Sujono.

Oleh karena itu, daerah yang mempunyai daya dukung mumpuni tidak terkecuali Kabupaten Boyolali berlomba-lomba mengembangkan budidaya bawang merah. 

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Teguh Widyatmoko menuturkan bahwa dalam kegiatan ini petani diberikan wawasan mengenai varietas-varietas unggul dan teknik budidaya bawang merah yang tepat.

"Antusias petani Dibal untuk membudidayakan bawang merah cukup tinggi. Bersama dengan mahasiswa dan dosen Polbangtan YoMa kami coba kenalkan varietas-varietas unggulan seperti varietas bima, varietas filipin yang telah teruji produktivitasnya," ujar Teguh.

Potensi ekonomi budidaya bawang merah diakui oleh Kepala Desa Dibal Budi Setiyono menjadi daya tarik tersendiri bagi petani. Banyak petani yang mulai mencoba mengembangkan bawang merah setelah mendengar peluang bisnisnya.

"Dampak ekonomi budidaya bawang merah terhadap pendapatan petani sangat mempengaruhi petani untuk memutuskan beralih melakukan budidaya bawang merah. Oleh karena itu kami bersyukur dengan adanya pendampingan dari pihak Polbangtan YoMa sehingga dapat menambah wawasan petani," kata Budi di sela-sela kegiatan.

Salah satu mahasiswa yang melakukan pendampingan di lapangan Julianto menambahkan bahwa kegiatan ini disambut dengan baik dan menuai animo tinggi dari para petani.

"Kegiatan optimalisasi budidaya bawang merah memberikan semangat baru dalam usaha tani yang memajukan pertanian Desa Dibal," ucap Julianto selaku Koordinator Mahasiswa  Pendampingan.