Penambang pasir lereng Merapi di Sleman diminta patuhi peringatan dini

id BPBD Sleman ,Banjar lahar hujan ,Banjir lahar dingin,Sungai berhulu Merapi ,Kabupaten Sleman ,Sleman ,Cuaca Ekstrem

Penambang pasir lereng Merapi di Sleman diminta patuhi peringatan dini

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Makwan. Foto ANTARA/Victorianus Sat Pranyoto

Saat ini masih banyak material di wilayah atas Gunung Merapi, dan bila terjadi hujan deras di puncak berpotensi banjir hujan di aliran sungai-sungai berhulu Merapi.
Sleman (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman meminta penambang pasir di aliran sungai berhulu Gunung Merapi mematuhi setiap peringatan dini terkait perkembangan cuaca yang terjadi pada musim pancaroba yang berpotensi terjadi banjir lahar hujan.

"Saat ini masih banyak material di wilayah atas Gunung Merapi, dan bila terjadi hujan deras di puncak berpotensi banjir hujan di aliran sungai-sungai berhulu Merapi," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Makwan di Sleman, Selasa.

Menurut dia, banjir lahar hujan atau banjir lahar dingin yang membawa hanyut material vulkanis Gunung Merapi tersebut sebenarnya relatif aman jika masyarakat tidak beraktivitas di aliran sungai tersebut.

"Kondisi tanggul dan dam penahan banjir di sungai-sungai berhulu Merapi saat ini masih mampu menampung material yang terbawa banjir," katanya.

Baca juga: Sleman menggelar "Ramadhan Great Sale 2022"

Ia mengatakan adanya beberapa kali kejadian banjir lahar yang menerjang dan menimbun kendaraan angkutan material maupun alat-alat penambangan disebabkan terlambat dalam antisipasi.

"Kadang para penambang dan armadanya terlambat naik, alat berat dan penambang masih berada di aliran sungai, sehingga saat berusaha naik terlanjur diterjang banjir lahar hujan," katanya.

Makwan mengatakan adanya peringatan dini sering diabaikan oleh masyarakat yang beraktivitas di aliran sungai berhulu Merapi. "Yang sering menjadi alasan karena 'tanggung' dan melanjutkan aktivitas penambangan material. Padahal, sudah ada peringatan dini dan laju kecepatan banjir juga tidak dapat diprediksi," katanya.

Ia mengatakan selama ini pihaknya juga kesulitan untuk mengumpulkan dan memberikan edukasi kepada para penambang material Merapi ini, karena banyak dari mereka berasal dari luar daerah Sleman.

"Kalau penduduk setempat di lereng Gunung Merapi kami sudah familiar, dan mudah untuk sosialisasi," katanya.

Sebelumnya Stasiun Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebutkan saat ini seluruh wilayah DIY termasuk wilayah Kabupaten Sleman masuk dalam periode musim peralihan (pancaroba) yang diperkirakan berlangsung antara Maret hingga Mei 2022.

Baca juga: BPBD Sleman memantau keamanan konstruksi baliho hadapi cuaca ekstrem

"Perlu diwaspadai pada musim ini ada peningkatan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi," kata Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono.

Menurut dia, bencana hidrometeorologi tersebut dapat berupa cuaca ekstrem, seperti hujan es, angin kencang, angin puting beliung, dan hujan lebat yang muncul pada saat musim peralihan atau pancaroba, dimana potensinya lebih besar dari musim hujan.

"Wilayah Kabupaten Sleman termasuk area yang dilanda cuaca ekstrem. Lokasi Kabupaten Sleman yang berada di lereng Gunung Merapi menjadikannya sebagai wilayah yang mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya awan konvektif seperti Cumulunimbus," katanya.
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024