Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong agar berbagai produk cetak alami dari berbagai sumber daya alam tumbuhan termasuk di sekitar kawasan perairan yang terdapat di sejumlah kampung nelayan dapat diperkenalkan di ajang G20 tahun ini.
"Hasil pemberdayaan wanita nelayan dalam bentuk ecoprint (cetak alami) direncanakan akan dipamerkan pada rangkaian kegiatan Presidensi Indonesia G-20 pada bulan Oktober hingga November mendatang," kata Plt. Direktur Perizinan dan Kenelayanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, KKP Mochamad Idnillah, dalam rilis di Jakarta, Minggu.
Ia mencontohkan, Desa Suak Gual di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang telah dicanangkan sebagai Kampung Nelayan Maju sejak Maret 2021, memiliki produk ecoprint atau cetak alami menjadi salah satu nilai jual desa ini yang akan dibawa ke ajang internasional Presidensi G-20.
Ia mengemukakan bahwa desa Suak Gual memiliki keanekaragaman sumber daya alam tumbuhan beragam yang berpotensi menjadi produk cetak alami dari berbagai tumbuhan lokal.
“Potensi itu kita manfaatkan dengan memberdayakan wanita nelayan setempat. Mereka mudah dan tidak gagap menerima inovasi sehingga kami coba latih dan berikan bantuan berupa kain serta perlengkapan pendukung untuk mengembangkan ecoprint tersebut,” ujarnya.
Idnillah mengatakan Suak Gual sebagai salah satu kampung nelayan maju karena didukung struktur geografi dan semangat para penduduknya untuk mengikuti setiap pelatihan yang diadakan KKP.
Banyaknya daun dan bunga yang hanya ada di Desa Suak Gual, lanjutnya, sebagai bahan dasar alami juga membuat produk cetak alami di desa ini menjadi lebih unik dan artistik.
Adapun beberapa produk yang berhasil dibuat oleh masyarakat Desa Suak Gual berupa tas tangan, goodie bag, selendang, pashmina, tas laptop, pouch, dan topi dengan kualitas yang layak untuk pasar internasional.
Sementara itu, Akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen) menyebutkan G20 2022 merupakan salah satu sarana pemerintah untuk mengampanyekan produk unggulan dari berbagai daerah seperti biji kopi dan buah merah Papua yang bisa "go internasional".
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uncen Kurniawan Patma di Jayapura, Jumat (20/5), mengatakan apalagi tema dalam G20 adalah Recover Together, Recover Stronger atau pulih bersama, lebih kuat sehingga ini menjadi momentum pemerintah guna membangun jaringan terkait pemasaran produk tanah air.
"Kami harapkan ini bisa dilakukan supaya produk nusantara khusus dari Papua bisa dikenal dan orang dari luar negeri sewaktu-waktu bisa membuat agenda di Bumi Cenderawasih," katanya.
Menurut Kurniawan, dalam G20 salah satu masalah yang disoroti yakni krisis ekologi sehingga pihaknya mendorong dalam pelaksanaan kerja sama multilateral tersebut dapat merubah paradigma atau cara pandang bersama untuk penggunaan bahan yang lebih ramah lingkungan.
"Ada beberapa contoh sukses seperti di Kabupaten Keerom, Papua di wilayah itu ada penggunaan solar panel yang mengubah energi matahari menjadi tenaga listrik," ujarnya dan menjelaskan G20 secara langsung akan memantik pertumbuhan ekonomi daerah di masa endemi saat ini dan tentunya mensejahterakan rakyat.
Berita Lainnya
Gubernur Kepri meminta Malaysia lepas nelayan Natuna yang ditahan
Rabu, 8 Mei 2024 16:07 Wib
"Low Life", drakor nelayan temukan harta karun
Rabu, 17 April 2024 15:18 Wib
Nelayan peroleh pelatihan pemasaran digital hasil laut
Senin, 8 April 2024 15:16 Wib
Nelayan di Benoa, Bali, diedukasi untuk wisata taksi air
Jumat, 5 April 2024 20:44 Wib
Kampung nelayan modern di Rembang, Jawa Tengah, disiapkan pemerintah
Senin, 1 April 2024 6:40 Wib
Kelompok Pekka Nelayan edukasi-berdayakan perempuan Indonesia
Minggu, 31 Maret 2024 6:02 Wib
Kapal terbalik, sembilan nelayan hilang
Senin, 25 Maret 2024 10:32 Wib
Gunungkidul usulkan bantuan kapal bagi nelayan ke KKP
Senin, 18 Maret 2024 9:47 Wib