Gunung Kidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berupaya menurunkan kasus kekerdilan di wilayah ini dari 15,7 persen menjadi 14 persen pada 2022 melalui program intervensi sensitif dan intervensi spesifik.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Gunung Kidul Diyah Prasetyorini di Gunung Kidul, Jumat, mengatakan pada 2021 angka kekerdilan mencapai 15,7 persen, dan ditargetkan menjadi 14 persen pada tahun ini.
"Secara capaian angka kekerdilan di Gunung Kidul masih ada di bawah rata-rata nasional sebesar 24,5 persen. Meski demikian, upaya penanggulangan terus dilakukan agar bayi yang mengalami gizi buruk dapat dikurangi," kata dia.
Baca juga: Pemkab Kulon Progo mempercepat penanggulangan kekerdilan
Untuk mencapai target ini, ia mengakui butuh kerja keras dan kerja sama dengan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkup pemkab, sedangkan masyarakat harus berpartisipasi dalam mencapai target ini.
"Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 49 Tahun 2020 tentang Percepatan Penurunan Stunting (Kekerdilan) dan ini menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan,” katanya.
Penurunan angka kekerdilan dilakukan dalam beberapa program. Namun demikian, secara garis besar ada dua, yakni program intervensi sensitif dan intervensi spesifik. Intervensi spesifik lebih fokus kepada petugas kesehatan yang langsung menyentuh kelompok sasaran dengan program kerja penanggulangan, sedangkan intervensi sensitif lebih condong kepada partisipasi masyarakat dan pihak ketiga di dalam penurunan angka kekerdilan.
"Percepatan penanganan kekerdilan harus lintas sektoral dan semua elemen masyarakat ikut berpartisipasi,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Rismiyadi mengatakan pihaknya berpartisipasi dalam upaya pencegahan kekerdilan, salah satunya dengan pengembangan padi Inpari IR Nutrizinc.
Dia menjelaskan dari sisi kualitas varietas ini masuk bibit unggul. Beras yang dihasilkan kaya gizi khususnya ZN untuk mencegah terjadinya kekerdilan. Berdasarkan penelitian, bayi stunting terjadi karena kurangnya konsumsi gizi ZN.
“Kalau beras biasa kandungan ZN hanya 20 persen, maka untuk Inpari Nutrizinc bisa lebih dari 34,5 persen, sedangkan untuk kandungan karbohidrat juga lebih rendah hanya sekitar 16 persen,” kata dia.
Baca juga: BKKBN DIY sosialisasikan program Bangga Kencana tekan angka kekerdilan
Berita Lainnya
Sleman raih penghargaan Zona Integritas WBK Kementerian PANRB
Kamis, 12 Desember 2024 15:04 Wib
Dinkes Sleman ajak masyarakat bersihkan lingkungan mencegah sarang nyamuk
Rabu, 11 Desember 2024 14:37 Wib
Dinkes Kulon Progo ingatkan masyarakat waspadai ISPA
Senin, 9 Desember 2024 21:21 Wib
Dinkes Yogyakarta minta masyarakat mewaspadai penularan leptospirosis
Rabu, 4 Desember 2024 11:54 Wib
Dinkes Gunungkidul imbau masyarakat mewaspadai DBD
Kamis, 28 November 2024 16:31 Wib
Dinkes Yogyakarta mengimbau warga bergejala TBC segera periksakan diri
Jumat, 22 November 2024 22:56 Wib
Dinkes Kulon Progo gelar sosialisasi pencegahan stunting dengan budaya lokal
Selasa, 19 November 2024 19:31 Wib
Dinkes Kota Yogyakarta gencarkan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa
Senin, 18 November 2024 10:43 Wib