Pakar UGM: Pengembangan genetik baru mendukung produksi pangan nasional

id tanaman pangan,UGM,pengembangan genetik tanaman

Pakar UGM: Pengembangan genetik baru mendukung produksi pangan nasional

Ilustrasi - Petani menanam padi di Desa Pasuruan Kidul, Kudus, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa.)

Yogyakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Inovasi Agrotenologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) Taryono mengatakan pengembangan material genetik baru jenis tanaman pangan diperlukan untuk mendukung peningkatan produksi pangan nasional.

"Program pengembangan material genetik baru merupakan terobosan utama untuk memecah kebuntuan dalam skenario peningkatan produksi pangan," ujar Taryono melalui keterangan resmi UGM di Yogyakarta, Kamis.

Menurutnya, bangsa Indonesia memerlukan upaya percepatan pemanfaatan sumber daya genetik untuk mewujudkan material genetik baru tanaman pangan yang lebih produktif dengan mutu hasil tinggi, tahan berbagai tekanan lingkungan abiotik, dan tahan terhadap tekanan lingkungan biotik seperti hama, penyakit, dan gulma.

PIAT UGM bekerja sama dengan tim peneliti dari fakultas Pertanian UGM, kata Taryono, tengah melakukan serangkaian program pemuliaan untuk mendapatkan material genetik baru tanaman pangan seperti padi, bawang merah, tomat, cabai rawit, jagung, terong, mentimun, kedelai, kacang panjang, kacang hijau, kacang koro, dan melon.

"Salah satu material genetik baru tanaman padi yang sudah mendapatkan izin pelepasan varietas dari Kementerian Pertanian RI yaitu Gamagora 7," kata dia.

Menurut dia, varietas padi baru dirancang untuk memiliki sifat produktivitas tinggi dengan potensi hasil gabah kering giling mencapai 9,80 ton per hektare per musim.

Bahkan mutu citarasa varietas itu menyamai beras pulen dan tahan dinamika cuaca ekstrem.

Taryono mengatakan peningkatan produksi pangan dapat dilakukan melalui dua skenario yaitu perluasan areal tanam atau ekstensifikasi dan optimalisasi operasional produksi atau intensifikasi.

Namun demikian, skenario ekstensifikasi pada beberapa tahun ke depan terkendala akibat dari penguasaan lahan per petani yang terus menyempit.

Ia menyebutkan pada 1960, rerata penguasaan lahan per petani mencapai 5.000 meter persegi dan pada 2020 menurun signifikan menjadi 2.000 meter persegi.

Karena itu, Taryono menilai pengembangan material genetik baru untuk jenis tanaman pangan diperlukan dalam rangka mewujudkan peningkatan produksi pangan melalui skenario intensifikasi.

Sementara itu, Peneliti Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung Prof Agung Karuniawan menuturkan program pemuliaan tanaman melalui pemanfaatan kelimpahan sumber daya genetik merupakan terobosan utama untuk mewujudkan produktivitas pangan yang tinggi dan berkelanjutan.

"Saya kira tren dalam program pemuliaan ke depan juga memasukkan aspek kekayaan metabolit di dalam produk untuk mendukung produksi pangan fungsional," jelasnya.
 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar UGM: Pengembangan genetik baru dukung produksi pangan nasional