Peran perpustakaan dalam konteks kewirausahaan dan peningkatan kesejahteraan dinilai penting

id perpustakaan

Peran perpustakaan dalam konteks kewirausahaan dan peningkatan kesejahteraan dinilai penting

Talkshow Peer Learning Meeting Nasional 2023 (ANTARA/HO-PLMN)

Yogyakarta (ANTARA) - Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Joko Santoso menuturkan peran perpustakaan dalam konteks kewirausahaan dan peningkatan kesejahteraan sangat penting.

"Perpusnas memiliki program percepatan pengurangan kemiskinan, salah satunya dengan literasi," kata Joko pada talkshow Peer Learning Meeting Nasional 2023, di Yogyakarta, Kamis.

Hal itu melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yakni memberikan dukungan bagi pengetahuan yang sifatnya praktis dan pragmatis kepada masyarakat, termasuk berbagai macam pelatihan kecakapan yang dilakukan perpustakaan setiap hari.

"Dalam hal ini, perpustakaan perlu terus beradaptasi dengan perubahan di berbagai aspek, baik perkembangan teknologi digital maupun perubahan sosial kemasyarakatan," ujarnya dalam talkshow yang bertema "Library and Entrepreneuship" itu.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2023, dari jumlah 270,20 juta jiwa, Indonesia memiliki jumlah penduduk usia kerja mencapai 211,59 juta jiwa. Sedangkan jumlah angkatan kerja sebanyak 146,62 juta jiwa.

Sebanyak 40,69 juta jiwa berprofesi sebagai nelayan maupun petani di bidang bertanian dan kehutanan. Sedangkan angka pengangguran terbuka sebanyak 7,99 juta jiwa.

"Jumlah ini bayak disumbangkan oleh lulusan SMK sebanyak 17,36 juta jiwa dan SMA sebanyak 8,62 juta jiwa. Sedangkan persentase angkatan kerja menurut pendidikan ada 38,76 persen. Di mana SMA menyumbang 19,65 persen dan SMK 9,60 persen," katanya.

Untuk menciptakan lapangan kerja baru, Perpusnas telah berupaya untuk meningkatkan literasi masyarakat dengan mendapatkan akses-akses yang berkeadilan. 

"Kenapa harus di perpustakaan umum? Karena terbuka untuk aktualitaskan pengetahuan, mengabdi dengan berbagai macam keterampilan dan kecakapan. Perpustakaan juga menjadi satu-satunya sumber pembelajaran terbuka dan demokratis," katanya.

"Kemiskinan paling banyak ada di perdesaan dengan persentase 12,22 persen. Sedangkan untuk kota ada 7,29 persen. (Hingga Agustus) 2023 ada 3.985 desa sudah mengikuti transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Menyasar 399 kabupaten/kota dari 34 provinsi. Untuk tahun depan akan bertambah menjadi 1.367 desa," kata Joko.

CEO of MarkPlus Institute Jacob Silas Mussry menjelaskan jika menjadi entrepreneur bukan berarti harus berdagang. Itu adalah sifat yang dapat dimiliki semua orang.

Pria yang karib disapa Jacky ini melanjutkan, ada tiga hal yang wajib dimiliki entrepneur, yakni ada sifat untuk mencari kesempatan untuk melakukan perbaikan, berani untuk mengambil risiko dengan perhitungan, dan orang yang selalu hidup bersosialisasi.

"Entrepreneurship mendorong perpustakaan untuk lebih kreatif dan inovatif untuk mengoptimalkan layanannya. Sudah waktunya untuk berkolaborasi dan bersinergi, bukan berkompetisi," katanya.

Jacky melanjutkan, jika ingin menerapkan entrepreneurship harus membangun jaringan. Salah satunya bisa dilakukan di perpustakaan. "Di sana tempat yang tepat untuk melakukan kolaborasi untuk bisa bertransformasi," ucapnya.

Guru Besar STF Driyarkara Jakarta Prof FX Mudji Sutrisno mengatakan sejak dini perlu diajarkan bagaimana mengenal horizontal dan vertikal. Termasuk di dalamnya tentang induksi yang harus dimulai dari bawah lalu ke atas. 

"Kita bisa belajar dari sejarah klasik Nusantara, yaitu ada pada masa Hindu-Budha dengan kerajaan-kerajaan pada masa silam. Ada banyak peninggalan yang menggambarkan keagungan warisan leluhur. Contohnya Candi Borobudur yang pada saat itu menjadi tempat penyebaran agama Budha," ucapnya. 

Dalam perkembangan Bangsa Indonesia secara metodologi, menurut dia, selalu ke bawah. "Kita selama ini selalu dididik dari atas ke bawah. Ini penting karena kalau mau maju harus dimulai dari dasar dulu. Jangan nunggu perintah dari atas," katanya.