Bantul (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan belum ada kepastian dari pemerintah pusat mengenai ganti rugi bagi peternak yang sapi peliharaannya mati akibat terkena penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Ternak sapi yang mati karena PMK sudah ditanam, namun sejauh ini belum ada informasi soal ganti rugi bagi peternak," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul Joko Waluyo saat dikonfirmasi di Bantul, Senin.
Menurut dia, di wilayah Bantul kasus PMK pada hewan ternak telah mengakibatkan sedikitnya 11 sapi milik peternak mati, dan sebanyak 93 sapi lainnya harus ditangani petugas kesehatan hewan.
Dia mengatakan, kemunculan kasus PMK pada hewan ternak sebelumnya sudah dialami peternak Bantul pada 2022. Saat itu sapi-sapi yang tidak dapat bertahan dari serangan penyakit dan mati mendapatkan ganti rugi dari pemerintah sebesar Rp10 juta tiap satu ekor.
"Kalau yang tahun 2022 dulu ada semacam ganti rugi dari pemerintah pusat mendapat Rp10 juta, tapi untuk yang ini kita tidak tahu dapat atau tidaknya, semoga saja dapat, karena kasihan peternak," katanya.
Meski demikian, pihaknya mengimbau para peternak tetap mengantisipasi penularan virus PMK dengan tidak mencampur ternak lama yang masih sehat dengan ternak yang baru saja dibeli atau didatangkan dari luar daerah.
"Untuk peternak imbauan agar menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang baik, seandainya membeli ternak baru, monggo (silakan) jangan segera dicampur, atau diisolasi dulu dipisah dengan yang lama," katanya.
Selain itu, kata dia, sebagai antisipasi penularan kasus PMK, DKPP Bantul juga menggencarkan desinfektan dan memberikan imbauan kepada camat dan lurah agar menyampaikan ke para peternak untuk pencegahan penyakit menular pada hewan ternak itu.
"Kita melaksanakan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) terkait PMK, juga sudah buat surat edaran kepada camat dan lurah untuk diteruskan kepada warga masyarakat, agar juga jangan takut, karena PMK itu bukan zoonosis (penyakit menular ke manusia)," katanya.