Warga Kulon Progo gelar ritual labuhan di Pantai Congot

id ruwatan, pantai congot, kabupaten kulon progo

Kulon Progo (ANTARA News) - Warga Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar ritual Labuhan Uba Rampe Ruwatan di Gunung Lanang dan di Pantai Congot di Desa Sindutan, Kecamatan Temon pada Minggu pagi.

Ritual yang dimulai pukul 05.00 WIB dan berakhir pukul 06.00 WIB itu diawali dari Gunung Lanang, kemudian menuju Pantai Congot. Uba rampe ruwatan berupa hasil bumi, potongan rambut, dan pakaian peserta ruwatan diarak dari Gunung Lanang hingga Pantai Congot kemudian dilabuh di laut selatan.

Seorang tokoh spritual setempat mengatakan Uba rampe labuhan yang dilabuh atau dibuang ke laut yakni Gunungan Pinongko Jati setinggi 2,7 meter yang berisi hasil bumi seperti padi, dan buah-buahan. Selain itu, 27 ekor ayam, 27 itik, 27 merpati, dan telur ayam Jawa 27 buah dibuang kelaut.

"Labuhan ditandai dengan melepas balon merah dan putih sebanyak 222 buah. Intinya, memasuki tahun baru Jawa yakni satu Suro, kita awali dengan hati, niat dan batin yang suci," kata diia.

Ia mengatakan, acara labuhan terlebih dulu diawali dengan pentas wayang kulit sebagai tontonan, tuntunan sekaligus tatanan yang mengambil lakon Pracabaan Suci yang dibawakan secara apik oleh Dalang Ki Basuki. Selain itu, juga ada ritual Siraman Ruwatan Suci Agung Pinongko Jati yang diikuti 47 perserta ruwatan.

Mereka yang diruwat merupakan anak tunggal, anak bersaudara dua perempuan, atau laki dan perempuan, serta orang yang memiliki aura sial. Perserta ruwatan berasal dari Jakarta, Semarang dan Surabaya serta warga Kulon Progo.

"Setelah menjalani ruwatan, maka dilakukan Labuhan Sukerto, dengan harapan mereka mendapat berkah dari Allah," katanya.

Ia mengatakan, acara ritual ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak 20 tahun lalu atau sekitar 1990, untuk menghilangkan kesialan warga dan memohon kepada Tuhan supaya manusia diberikan keselamatan dan dijauhkan dari marabahaya.

"Pada intinya, kami hanya ingin melestarikan budaya jawa," kata dia.

Ia juga mengatakan, dengan ritual labuhan, warga mempersembahkan kepala kerbau dengan harapan, bangsa Indonesia terhindar dari segala bahaya dan kesulitan.

"Upacara labuhan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini ada persembahan kepala kerbau dengan harapan bangsa Indonesia selamat, tenteram dan terhindar dari malapetaka, terutama semoga Yogyakarta selalu diberikan ketrentraman dan kesejahteraan seperti yang terukir dalam pesan wayang kulit dengan lakon Semar Kuning yang artinya ketenteraman, kedamaian dan keadilan," katanya.

(ANTARA)