Kisah perjuangan Roro Mendut akan dipentaskan

id kisah perjuangan roro mendut

Kisah perjuangan Roro Mendut akan dipentaskan

Sendratari Roro Mendut (Foto melayuonline.com)

Jakarta (ANTARA Jogja) - Kisah perjuangan hidup dan cinta wanita Jawa "Roro Mendut" akan dipentaskan sebagai upaya untuk terus melestarikan seni budaya Indonesia yang terinspirasi dari "Babad Tanah Jawa", pada Sabtu 14 April 2012 di Teater Jakarta.

"Nilai historis kisah yang ada beribu tahun lalu serta keunikan seni tradisional Jawa selalu menarik untuk diangkat dalam sebuah pertunjukan," demikian siaran pers Djarum Apresiasi Budaya dan Banyumili Production yang diterima di Jakarta.

Pertunjukkan "Roro Mendut" ini terinspirasi dari indahnya kultur Jawa yang tidak hanya mencakup busana tradisional atau kain batik, tapi juga karakter kultural dan sosial masyarakat Jawa pada umumnya.

Salah satu contohnya adalah musik khas Jawa yang memiliki nuansa formal dan sakral, gerakan tari yang luwes, lambat, dan memiliki koreografi yang bertujuan mendramatisasi niat, watak, dan gerakan.

Pementasan kali ini diprakarsai oleh sekumpulan para sosialita yang menunjukkan kecintaan pada budaya. Tentunya kegiatan budaya akan lebih semarak dengan semakin banyaknya dukungan dari masyarakat, contohnya para sosialita yang pada umumnya yang Identik dengan segolongan perempuan yang terlahir kaya dan aktif dalam kegiatan sosial sesuai dengan kelas mereka. 
  
"Roro Mendut" mengambil latar tahun 1600-an, yakni era pemerintahan Kerajaan Mataram di bawah kuasa Sultan Agung. 

Kisahnya menyorot kehidupan seorang gadis belia yang memiliki daya tarik luar biasa, tetapi harus tunduk kepada kuasa patriarkis dan politis.

Ia bukan memperjuangkan negara atau kaumnya, tapi lebih esensial, memperjuangkan hidup dan hak asasinya sebagai manusia.

Bahwa ia menggunakan daya tariknya untuk menyambung hidupnya mungkin menimbulkan pertanyaan kuasi-moralis, bagaimanapun, ia hanyalah salah satu contoh dari penaklukan pria oleh wanita dan hal ini tidak disalahgunakannya.

Konsep artistik produksi ini diarahkan oleh Ida Soeseno, Direktur Artistik yang sudah lama mendalami kesenian tradisional Jawa dan terdaftar oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) atas ide-ide inovatifnya yang mengoptimisasi presentasi pertunjukan seni tradisional.

Selain aktor dan aktris karismatik seperti Ray Sahetapy dan Debby Sahertian, pertunjukan ini juga menampilkan figur publik senior seperti Enny Sukamto dan Rima Melati, para sosialita Jakarta, serta seniman-seniwati dari Wayang Orang Bharata dan Institut Seni Indonesia. 
  
Sebagai koreografer adalah Wardoyo (ISI  Solo)  memiliki pengalaman ekstensif sebagai penari, pelatih dan penata tari di Singapura, Malaysia, Jepang, Moskow, Belanda, Inggris, dan Bulgaria.

Master musik pertunjukan ini adalah Lumbini (ISI Solo), musisi spesialis yang telah menunjukan kompetensinya di berbagai pertunjukan yang banyak diingat oleh peminat seni tradisional Jawa. (Tz.A025)