Bantul (ANTARA Jogja) - Kalangan peternak sapi di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencemaskan rencana pemerintah pusat yang akan melakukan impor sapi, karena dinilai akan menurunkan harga ternak itu.
"Dulu pas impor besar-besaran harga sapi anjlok, namun sejak dihentikan harganya kembali naik, jika pemerintah impor sapi lagi kami khawatir harga akan rendah," kata Sekretaris Kelompok Ternak "Andini Mulyo" Desa Ringinharjo, Sarjono di Bantul, Selasa.
Menurut dia, kelompoknya memang belum mengetahui pasti kebijakan impor sapi dari pemerintah pusat, namun jika benar maka kemungkinan untuk mengatasi kelangkaan sapi siap potong karena yang tersedia saat ini habis dipotong untuk Idul Adha lalu.
"Kami memang tidak tahu pasti, namun jika memang ada impor sapi oleh pemerintah kami berharap tidak dilakukan secara besar-besaran, namun terbatas sehingga harga sapi tidak jatuh," katanya.
Menurut dia, sejak ada impor harga sapi beberapa tahun lalu sapi yang berumur dua tahun atau siap potong harganya hanya berkisar Rp5 sampai Rp6 juta tiap ekor, namun sejak dihentikan sampai saat ini harganya menjadi Rp9 juta sampai Rp10 juta.
"Dulu harganya anjlok sekitar 50 persen, bahkan ada beberapa sapi yang hanya ditawar Rp2 juta, karena kami butuh uang untuk biaya hidup dan sekolah maka terpaksa dilepas," katanya.
Bahkan, kata dia kelompok yang berdiri sejak 1998 ini pernah memiliki anggota sebanyak 60 orang, akan tetapi sekarang hanya beranggotakan 40 orang karena sebagian tidak tahan dengan harga yang rendah.
"Untuk merawat sapi seperti memberi pakan dan minum tiap bulan rata-rata butuh sebesar Rp350.000, jadi harga minimal yang harus didapatkan sebesar Rp5 juta," katanya.
Sementara, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul, Sahadi Suparjo, mengatakan, pemerintah pusat diharapkan melakukan impor sapi terbatas guna mengatasi tingginya harga sapi di pasaran saat ini.
"Kami kira perlu ada kebijakan impor sapi terbatas, karena langkah ini selain bisa mengatasi tingginya harga sapi juga tidak merugikan peternak lokal," katanya.
Pihaknya tidak bisa membiarkan akibat kelangkaan sapi di daerah yang menyebabkan harga daging sapi tinggi mencapai Rp90.000 per kilogram, meski hal ini bisa meningkatkan pendapatan peternak sapi lokal.
"Pemerintah bisa mengimpor lagi tidak secara besar-besaran, melainkan terbatas untuk mengatasi kelangkaan sapi. Jadi harga sapi tetap stabil dan kebutuhan masyarakat akan daging bisa terpenuhi," katanya.
(T.KR-HRI)
Berita Lainnya
Bea Cukai bebaskan bea masuk barang hibah sekolah luar biasa
Senin, 29 April 2024 20:12 Wib
Bea masuk sepatu impor dibayar perusahaan jasa titipan
Minggu, 28 April 2024 20:29 Wib
Meski harga melonjak, Indonesia tak impor bawang merah
Kamis, 25 April 2024 13:09 Wib
Berpotensi naik, impor minyak mentah imbas konflik Iran-Israel
Selasa, 16 April 2024 17:54 Wib
RI akan impor 22.500 ton beras dari Kamboja
Senin, 18 Maret 2024 15:20 Wib
Serap produksi dalam negeri, pemerintah setop impor jagung
Sabtu, 16 Maret 2024 15:34 Wib
Australia cabut BMAD produk kertas A4 RI
Jumat, 8 Maret 2024 18:01 Wib
Pemerintah tambah impor beras 1,6 juta ton
Senin, 4 Maret 2024 19:47 Wib