"Ogoh-ogoh" Nyepi di setiap banjar dilombakan

id ogoh-ogoh nyepi di setiap banjar

"Ogoh-ogoh" Nyepi di setiap banjar dilombakan

"Ogoh-ogoh" di Bali (Foto bali.antaranews.com)

Denpasar (Antara Jogja) - Ratusan "ogoh-ogoh" atau patung raksasa berwujud makhluk menyeramkan menjelang Hari Raya Nyepi di setiap banjar atau dusun adat di Kota Denpasar dilombakan.

"Kami mulai mendatangi balai banjar untuk menilai ogoh-ogoh yang dibuat oleh masyarakat banjar," kata I Nyoman Astita selaku Ketua Panitia Pelaksana Parade Ogoh-Ogoh Kota Denpasar, Sabtu.

Menurut dia, kriteria penilaian didasarkan pada tema, pesan, dan unsur seni pada setiap ogoh-ogoh yang dibuat oleh masyarakat banjar. Sampai saat ini pihak panitia telah mendatangi 57 balai banjar di Kecamatan Denpasar Timur.

"Selanjutnya kami akan mendatangi beberapa balai banjar di tiga kecamatan lainnya. Data yang kami himpun, jumlah banjar di Kota Denpasar sebanyak169," kata Astita yang juga akademisi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.

Tim penilai ogoh-ogoh akan mendatangi balai-balai banjar di Kota Denpasar hingga Senin (4/3) mendatang untuk memilih lima ogoh-ogoh yang berhak diikutkan pada parade malam Pengerupukan atau sehari menjelang Hari Raya Nyepi pada 12 Maret 2012.

Astita menambahkan bahwa banjar yang terpilih untuk mengikuti parade berhak atas dana pembinaan sebesar Rp8,5 juta.

Sementara itu, Ketua Sekaa Teruna-Teruni Dharma Putra Banjar Pande, Wayan Agus Budi Setiawan, mengatakan bahwa tema yang diangkat dalam kreasi patung raksasa itu adalah kemenangan Dharma melawan Adharma yang digambarkan melalui kekalahan Prabu Mayadenawa yang dikenal tamak.

"Kami mengangkat tema itu karena kebetulan Hari Raya Nyepi berdekatan dengan Hari Raya Galungan yang mengilhami kemenangan Dharma melawan Adharma," ujarnya.

Dia mengatakan pengerjaan "ogoh-ogoh" setinggi 3 meter itu membutuhkan waktu sekitar satu bulan dengan menggunakan bahan utama berupa "stereofoam" yang dirangkai dengan ukiran khas Bali.

Sekitar 100 pemuda di banjar itu turut berpartisipasi membuat ogoh-ogoh tersebut yang menelan biaya Rp20 juta. Dana itu berasal dari beberapa pihak, di antaranya Pemkot Denpasar, donatur, dan sumbangan warga.

(KR-MDE)