Sleman, 11/3 (Antara Jogja) - Peneliti pada Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sunarto menilai modifikasi cuaca yang dilakukan untuk mengurangi intensitas hujan maupun potensi angin puting beliung dapat mengakibatkan kekeringan air tanah.
"Jika modifikasi ini akan dilakukan, jangan pada musim pancaroba karena ini akan mengakibatkan kekeringan air tanah," kata Sunarto, Senin.
Sebelumnya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berencana melakukan rekayasa cuaca untuk mengantisipasi bencana angin puting beliung.
BPPT sebelumnya juga memasang alat modifikasi cuaca di lereng Gunung Merapi untuk mengurangi intensitas hujan di puncak Gunung Merapi, namun baru sepekan dipasang alat ini sudah diturunkan lagi.
Menurut dia, modifikasi cuaca untuk mengantisipasi bencana puting beliung pada musim pancaroba, akhir Maret sampai akhir April ditakutkan akan menyebabkan curah hujan yang sudah berkurang menjadi lebih sedikit sehingga menyebabkan kekeringan air tanah.
"Memang cukup bagus jika akan dilakukan modifikasi cuaca dengan cara memecah awan Cumulonimbus (Cb) yang berpotensi menyebabkan angin puting beliung. Namun tidak efektif kalau dilakukan selama musim pancaroba karena efek sampingnya akan menyebabkan kekeringan air tanah lantaran pasokan air hujan berkurang," katanya.
Ia mengatakan, sebenarnya proses melakukan pemecahan awan cukup diambil awan-awan tertentu saja yang berpotensi menimbulkan angin puting beliung, untuk ditembakkan menggunakan garam.
"Jangan salah dalam menembaknya, di langit tidak hanya awan Cb saja, namun awan-awan hujan pada musim pancaroba juga masih ada," katanya.
Sunarto mengatakan, pencegahan bencana angin puting beliung selain memodifikasi cuaca, hanya bisa dihindari.
"Paling aman berada di rumah yang kokoh terutama atap dari cor semen (dak), sebab angin puting beliung akan menjadi bencana jika menimbulkan korban material maupun korban luka dan meninggal," katanya.
Ia mengatakan, angin puting beliung terjadi karena perbedaan suhu udara dengan adanya awan Cb.
Nantinya, modifikasi cuaca tersebut akan dilakukan di beberapa tempat yang rawan terjadinya bencana puting beliung, yaitu Sleman, Bantul, Gunung Kidul, dan Klaten, Jawa Tengah.
Alat tersebut tidak berbeda jauh dengan alat yang belum lama ini di lereng Merapi yang digunakan untuk mengantisipasi banjir lahar dingin.
Staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Subandi mengatakan, awan Cb itu nantinya akan lebih banyak muncul dari arah selatan.
"Awan ini terlihat menggumpal dan besar, dengan diameter lebih dari 10 kilometer dan tinggi juga diatas 10 kilometer. Massa udara akan naik karena awan Cb yang mempunyai sirkulasi udara di dalamnya," katanya.
Menurut dia, awan yang muncul pada musim pancaroba ini juga disebabkan karena pemanasan permukaan (bumi) yang tidak merata.
(V001)
Berita Lainnya
Irigasi jebol akibat hanjir, 100 hektare sawah gagal tanam
Kamis, 18 Januari 2024 5:02 Wib
Kulon Progo perpanjang status tanggap darurat kekeringan
Rabu, 6 Desember 2023 19:51 Wib
BPBD Bantul perpanjang Siaga Darurat Kekeringan hingga akhir Desember 2023
Rabu, 6 Desember 2023 10:50 Wib
Awas! picu longsor saat hujan, kekeringan lama di Jawa
Selasa, 21 November 2023 6:52 Wib
Pemkab Kulon Progo memperpanjang status tanggap darurat kekeringan
Senin, 13 November 2023 11:39 Wib
LKBN ANTARA salurkan bantuan air bersih di dua kecamatan di Gunungkidul
Selasa, 7 November 2023 17:58 Wib
Warga Gunung Kidul terdampak kekeringan, Pandawa Ganjar bawa bantuan air bersih
Minggu, 5 November 2023 14:27 Wib
BPBD Gunungkidul menyalurkan air bersih 4.491 tangki kepada masyarakat
Jumat, 3 November 2023 20:23 Wib