Kemenakertrans: perguruan tinggi masih berorientasi kuantitas lulusan

id perguruan tinggi

Kemenakertrans: perguruan tinggi masih berorientasi kuantitas lulusan

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Yogyakarta (Antara Jogja) - Masih banyak perguruan yang berorientasi pada kuantitas lulusan sehingga belum efektif menunjang peningkatan produktivitas tenaga kerja, kata Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Abdul Wahid Maktub.

"Banyak yang hanya menitikberatkan untuk mengejar kuantitas lulusan tanpa mempertimbangkan pembekalan skill,"kata Wahid di sela workshop "Raising Pruductivity in Higher Education" di Yogyakarta, Senin.

Padahal, kata dia, kemampuan "soft atau hard skill" saat ini menjadi perantara utama antara lulusan perguruan tinggi dengan dunia kerja.

Perguruan tinggi juga harus tanggap dengan tantangan kerja yang akan dihadapi lulusan ke depan.

"Kini dengan hadirnya faktor teknologi tentu saja semua berubah. Cara kerja, kecepatan dan ketepatan.jangan sampai tantangan baru masih dijawab dengan jawaban lama," katanya.

Menurut dia dalam membenahi orientasi yang keliru tersebut diperlukan perhatian yang besar dari seluruh pemangku kepentingan baik formal maupun informal.

Apabila hal itu tetap menjadi paradigma utama pendidikan tinggi di Indonesia maka keterkaitan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja menjadi pudar sehingga tidak akan dapat mengurangi jumlah pengangguran, bahkan justru menambah.

"Dengan prinsip yang hanya memprioritaskan jumlah lulusan tanpa memandang skil maka "link and match" tidak akan optimal,"katanya.

Selain itu, menurut Wahib, lemahnya produktivitas pekerja juga dipicu oleh ketidakmampuan mengakses pendidikan karena mahalnya biaya pendidikan.

"Saat ini 50 persen pekerja Indonesia lulusan SD. Kami juga merasa perlu mendorong agar biaya pendidikan murah dan mudah diakses masyarakat luas,"katanya.

Workshop yang diselenggarakan oleh Asian Productivity Organization (APO) bekerjasama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Trnasmigrasi tersebut diikuti oleh delegasi pendidikan tinggi dari 18 negara Asia anggota APO.

Acara yang berlangsung mulai 7-11 Oktober tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Asia dengan orientasi meningkatkan produktivitas pekerja.

(KR-LQH)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024