Sleman arahkan pertumbuhan ekonomi pada sektor tersier

id sleman kabupaten diy

Sleman arahkan pertumbuhan ekonomi pada sektor tersier

Kabupaten Sleman (istimewa)

Sleman (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai mengarahkan pertumbuhan ekonomi pada sektor tersier karena semakin berkurangnya lahan pertanian.

"Dalam kenyataanya yang dihadapi Sleman saat ini lahan pertanian banyak yang ditanami `semen`, akibatnya lahan berkurang, baik itu untuk hunian, usaha, dan semakin hari semakin sempit," kata Sekda Kabupaten Sleman Sunartono, Selasa.

Menurut dia, menyikapi hal tersebut maka pertumbuhan ekonomi ke depan akan mengarah ke sektor tersier.

"Semua harus berpikir tentang hal itu di semua lini. Misal di perindustrian harus memikirkan tentang pengembangan ketrampilan masyarakat untuk tangani itu. Serta menciptakan industri rumah tangga karena tidak memungkinkan lagi untuk menyediakan lahan untuk perusahaan besar," katanya.

Ia mengatakan, sektor tersier akan menjadi tumpuan dimasa datang. Dalam menyusun tata ruang harus memperhatikan daya dukung infrastruktur.

"Misal dalam memberikan izin hotel banyak apakah sudah dipikirkan inftastruktur lain seperti penyediaan sumber air bersih, jalan dan sebagainya. Jalan diperlebar namun tidak diikuti pembangunan paru paru kota," katanya.

Sunartono mengatakan, nantinya perlu dipikirkan setiap lahan usaha harus diprasyaratkan lahan parkir yang memadai.

"Jangan sampai parkir di area atau badan jalan," katanya.

Ia mengatakan, target pembangunan jangka menengah di Sleman pada 2015 yang harus diwujudkan adalah kondisi masyarakat yang lebih sejahtera lahir dan batin yang diindikatorkan pada capaian IPM 80, pertumbuhan ekonomi 5,59 persen.

"Tuntutan pertumbuhan ekonomi di Sleman ini perlahan-lahan mulai terwujud dengan angka pertumbuhan perekonomian daerah pada 2012 sebesar 5,20 persen, namun demikian pertumbuhan perekonomian Sleman ini juga memberikan efek positif dan efek negatif," katanya.

Implementasi dari kebijakan, kata dia, hendaknya mampu memperkecil efek negatif yang mungkin timbul.

"Pembangunan di perekonomian diharapkan mampu mengakomodasi penguatan keistimewaan Yogyakarta sesuai amanat UU Nomor 13 Tahun 2012 sehingga pertumbuhan perekonomian idak menghilangkan nilai-nilai budaya lokal `Ngayogyokarto`, bahkan dapat berjalan beriringan secara harmonis," katanya.

(V001)

Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.