Bantul data kelompok peternak sapi program Siwab

id peternak

Bantul data kelompok peternak sapi program Siwab

Ilustrasi peternak sapi (Foto antaranews.com)

Bantul (Antara) - Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai melakukan pendataan kelompok peternak sapi yang akan disasar program sapi indukan wajib bunting dari pemerintah pusat.

"Program Siwab (sapi indukan wajib bunting) itu gratis, tapi nanti satu kecamatan hanya satu lokasi, jadi akan kita pilih kelompoknya mana. Sekarang ini baru pendataan," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Jumat.

Menurut dia, program Siwab merupakan program Kementrian Pertanian pada 2017 untuk menggenjot jumlah populasi ternak sapi dengan pola inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik guna mewujudkan program swasembada daging nasional.

Oleh sebab itu, kata dia, pendataan kelompok ternak sapi di Bantul itu nantinya untuk menentukan kelompok mana yang akan dipilih untuk mendapatkan program itu, dan kelompok yang masuk program Siwab akan menjadi percontohan.

"Program andalan nasional di tahun ini ya Siwab itu. Nanti bentuknya demplot (percontohan). Kemudian kita bandingkan untuk demplotnya, kalau jenis sapinya lokal," kata Pulung.

Ia mengatakan, untuk mengetahui tingkat produktivitas indukan sapi dalam program Siwab, nanti juga akan dipilih dua jenis sapi yang akan diberikan inseminasi buatan itu yakni betina gemuk dan betina kurus.

"Nanti kita bandingkan antara sapi kurus dan sapi gemuk itu berhasil yang mana kalau disuntik. Akan kita buktikan itu nanti, jadi bisa tahu yang bagus itu sapi gemuk karena bunting sekian yang kurus sekian," katanya.

Saat ini, Pulung menjelaskan, populasi sapi di Bantul saat ini sekitar 50 ribuan ekor, dari semua populasi sapi tersebut, yang merupakan sapi indukan atau sapi produktif sekitar 13 ribuan yang mayoritas ada di Desa Segoroyoso Pleret.

"Makanya terkadang diprotes kenapa di Segoroyoso sapinya kurang yang disembelih dan harus ambil dari luar. Itu karena dari populasi yang 50 ribuan itu, sapi dari `bayi` sampai `simbah` sapi, bukan sapi siap potong," katanya.

(KR-HRI)