Kementerian PUPR bangun 12 tempat evakuasi tsunami

id tsunami

Kementerian PUPR bangun 12 tempat evakuasi tsunami

Ilustrasi (Foto ANTARA/doc)

Bantul (Antaranews Jogja) - Sekretaris Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Rina Agustin Indriani mengatakan telah membangun sebanyak 12 tempat evakuasi sementara bencana tsunami di seluruh Indonesia.

"Ini (tempat evakuasi sementara) kita sudah bangun 12 lokasi se-Indonesia berlokasi di daerah daerah yang berpotensi untuk kejadian tsunami," katanya usai peresmian Tempat Evakuasi Sementara (TES) di Pantai Kuwaru, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, bangunan TES atau shelter yang diperuntukkan bagi warga untuk mengungsi sementara manakala terjadi gempa yang berpotensi tsunami itu guna mencegah jatuhnya korban ketika terjadi bencana tersebut.

Bangunan TES di Pantai Kuwaru Bantul sendiri, menurutnya yang pertama di wilayah DIY yang meliputi empat kabupaten dan satu kota, dan rencananya Kementerian PUPR akan membangun satu TES di wilayah Pantai Depok Bantul.

"Di Yogyakarta kita rencananya ada dua TES, dan ini baru satu yang memang beresiko tinggi di daerah pantai ini, ini yang jadi priotitas. Di Yogyakarta dibangun satu lagi rencananya di wilayah Pantai Depok," katanya.

Ia mengatakan, terkait dengan bangunan TES di Pantai Kuwaru yang terdiri tiga lantai dengan ketinggian sebelas meter ini diproyeksikan mampu menampung sekitar 6.000 orang. Bangunan TES juga sudah dilengkapi sarana yang ramah difabel.

"Dan sebetulnya ini sebagai sarana edukasi juga yang tidak hanya untuk Bantul, sehingga kami harapkan juga warga lain di sekitar pantai bisa belajar. Dan ini penekanannya adalah pencegahan korban manakala ada bencana," katanya.

Rina mengatakan, bangunan TES di tepi Pantai Kuwaru yang bisa sebagai tempat wisata pada saat tidak ada kejadian ini harapannya juga bisa dimanfaatkan sebagai aktifitas sosial tanpa mengurangi fungsi mitigasi bencana.

"Jadi ini harus tahan gempa, kalau tidak nanti kalau ada kejadian gempa keburu roboh kan tidak aman, jadi sudah diperhitungkan bangunannya dan sudah ada standarnya. Setidaknya tidak terjadi sesuatu pada bangunan pada saat gempa," katanya.


(T.KR-HRI)