Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Para pengambil keputusan dalam bidang pendidikan diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi matematika dengan teknologi yang tersedia, kata pakar matematika dari Radford University, Amerika Serikat, Wei-Chi Yang.
"Teknologi yang berkembang tidak hanya dapat membuat matematika menyenangkan dan dapat diakses dengan lebih mudah, tetapi juga memungkinkan siswa mengeksplorasi matematika yang lebih menantang dan teoritis," katanya di Auditorium Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Yogyakarta, Rabu.
Pada "the 2nd International Seminar on Innovation in Mathematics and Mathematics Education" (ISIMMED) dan "the 23rd Asian Technology Conference in Mathematics (ATCM) 2018", ia mengatakan, ketika matematika dibuat lebih mudah diakses oleh siswa, mungkin lebih banyak siswa yang akan terinspirasi untuk menyelidiki masalah matematis mulai dari yang sederhana hingga yang lebih menantang.
"Bagaimanapun, kreativitas dan inovasi tidak datang hanya dengan memberikan satu jawaban yang benar saja. Siswa sangat perlu mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi banyak jawaban yang benar dengan bantuan teknologi," katanya.
Wakil Rektor IV UNY Dr Senam mengatakan banyak siswa mengalami phobia terhadap pelajaran matematika, karena biasanya guru mata pelajaran tersebut cenderung "killer".
"Oleh karena itu, kami menyelenggarakan konferensi internasional tentang matematika untuk merumuskan bagaimana mengajar matematika kepada siswa sehingga mata pelajaran tersebut menjadi lebih mudah," katanya.
Konferensi internasional tentang matematika bertema "Innovative Technology in Mathematics: New ways for Learning, Teaching, Researching Mathematics" itu diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UNY.
Konferensi yang berlangsung hingga 24 November 2018 itu menghadirkan 16 pembicara dari berbagai negara, di antaranya Amerika Serikat, Kanada, Singapura, Thailand, dan Indonesia. Konferensi diikuti ratusan peserta dari 20 negara anggota ATCM.
"Konferensi itu merupakan seminar yang terakhir dari 28 seminar internasional di UNY pada 2018. Hal itu merupakan salah satu upaya UNY untuk menjadi 'World Class University' atau universitas kelas dunia," kata Senam.