Membangun Inovasi Saintek dari UGM untuk Negeri

id UGM,Dies Natalis UGM,untuk negeri,pagilaran

Membangun Inovasi  Saintek dari UGM untuk Negeri

Pemasangan alat "Early Warning System" (EWS) di Bangli, Kintamani, Bali (Foto Humas UGM)

ogyakarta (Antaranews Jogja)  - Tingginya teknologi yang dimiliki Nusantara dapat dilihat pada peninggalan budaya Medang (Mataram Kuno) yang berlokasi di Jawa Tengah, yaitu Candi Borobudur dan Prambanan yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Sebagian besar candi di Nusantara dibangun pada era Medang, yaitu sekitar abad 8–10. Candi-candi yang dibangun dengan arsitektur monumental megah dan masih bertahan hingga kini menunjukkan tingginya budaya
dan teknologi pada waktu itu.

Pada era ini juga berdiri kerajaan besar di Sumatera, yaitu Sriwijaya yang bercirikan sebagai kerajaan maritim. Kemajuan di bidang teknologi perkapalan berkembang pesat pada era ini. Jenis perahu besar bercadik kembar yang ditampilkan di relief Candi Borobudur kemungkinan besar merupakan jenis kapal yang sama yang digunakan oleh Dinasti Syailendra dan Kerajaan Sriwijaya yang menguasai perairan Nusantara pada kurun abad ke-7 hingga ke-13. Bisa
dikatakan bahwa era Medang dan Sriwijaya merupakan awal kebangkitan teknologi dan pengetahuan Nusantara.

Kekayaan alam dan sejarah besar ini yang menjadi pegangan Universitas Gadjah Mada sejak awal berdiri hingga sekarang untuk selalu inovatif dan kreatif dalam menjalankan tridarma perguruan tinggi. Penelitian inovatif yang memiliki dampak luas (high impact) terus dilakukan untuk memecahkan masalah pembangunan nasional dan kedaulatan bangsa Indonesia.

Iptek bidang pengindraan jauh dan sistem informasi geografis dikembangkan oleh UGM dan Bakosurtanal yang sekarang disebut BIG (Badan Informasi Geospasial). Inovasi bidang sistem informasi geografis berkembang dan mendukung lahirnya UUIG (Undang-Undang Informasi Geospasial). Implementasi one map policy merupakan inovasi IT dalam sistem pembangunan nasional NKRI di era digital.

Pada bidang lingkungan dan kebencanaan, berbagai inovasi terus dikembangkan, mengingat kerusakan lingkungan di Indonesia terus meningkat, seperti pencemaran air, udara, kerusakan lahan, kerusakan hutan, dan kemiskinan, serta timbulnya berbagai bencana yang merugikan kehidupan, baik harta, jiwa, maupun aset fisik di suatu wilayah yang terkena bencana. Dalam upaya membangun Indonesia tangguh dan ramah lingkungan, telah didirikan Klinik Lingkungan
dan Mitigasi Bencana (KLMB) yang merupakan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang lingkungan hidup dan mitigasi kebencanaan (Suratman, 2010).

Gagasan ini ditengarai dengan adanya gempa bumi dan letusan Merapi pada tahun 2006 dan 2010. Dalam hal ini, KLMB bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan BNPB. Inovasi KLMB mengutamakan pengembangan riset unggulan untuk mendukung penanganan lingkungan dan kasus lingkungan serta bencana. Jejaring Laboratorium Forensik Nasional telah disiapkan untuk membantu penegakan hukum di bidang lingkungan hidup, seperti kasus kebakaran hutan gambut, pencemaran oleh limbah pertambangan dan industri. Selain itu juga mendukung Jejaring Forensik Internasional dalam menangani kasus kerusakan lingkungan di perbatasan dan/atau di daerah yang dilindungi.

Di bidang konstruksi bangunan, kita mengenal sistem Cakar Ayam Modifikasi (CAM) yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem Cakar Ayam Prof. Sedyatmo (Bambang Suhendro dkk.). Pengembangan yang telah dilakukan didasarkan pada evaluasi hasil-hasil penelitian yang dilakukan secara intensif sejak tahun 1990 oleh tim pengembangan sistem CAM. Sistem CAM telah dikembangkan dan dipatenkan dengan No. Paten P0029758 – 15 Desember 2011.

Selain itu, dari sivitas akademika UGM juga menemukan sistem peringatan dini bencana longsor. Sejak tahun 2006, UGM telah mengembangkan alat-alat deteksi dini bencana, dan hingga kini telah lahir generasi ke-5 yang dinamakan Gadjah Mada Early Warning System atau GAMA-EWS (Teuku Faisal Fathani, Dwikorita Karnawati, dkk.).

Universitas Gadjah Mada telah mengikuti perkembangan Revolusi Industri 4.0 dengan mempersiapkan inovasi teknologi yang dimulai dari riset grup mahasiswa, terintegrasi dengan peran laboratorium dan para pakar. Tahun ini, tim mahasiswa UGM mendapat penghargaan tingkat internasional dalam pengembangan teknologi terkini. Mahasiswa kita yang tergabung dalam Tim Smart Car MCS menjadi juara dunia dalam kompetisi inovasi teknologi yang diadakan di London. Mengusung gagasan pengembangan mobil pintar yang mampu mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar alternatif, tim ini berhasil mengalahkan 3.336 tim mahasiswa dari 140 negara.

Di bidang start up, alumni UGM sukses mengembangkan aplikasi bernama Pasienia yang dinobatkan sebagai pemenang dalam kompetisi Google Business Group (GBG) Stories. Aplikasi ini menjadi juara dunia dengan menyisihkan 468 aplikasi lain dari berbagai negara. UGM juga mulai merespons energi terbarukan dengan membentuk Centre for Development of Sustainable Region (CDSR). Menjadi bagian dari program Sustainable Higher Education Research Alliances
(SHERA) yang merupakan kerja sama antara Kemenristekdikti dan United States Agency for International Development (USAID), CDSR bertujuan untuk mengimplementasikan sistem energi hibrida dan efisiensi energi beserta jejaring pendukungnya guna membangun kepulauan tropis yang berkelanjutan.

UGM terus berupaya mengembangkan penelitian untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Hingga Oktober 2018 tercatat UGM memiliki 47 hak paten dan 138 hak cipta yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam melakukan proses hilirisasi, UGM berhasil menggabungkan peran antara pengembangan riset, masyarakat, komunitas, perusahaan, dan pemerintah. Dikembangkannya UGM Science Techno Park di Purwomartani Sleman dan Kulon Progo, selain sebagai teaching industry, juga disiapkan untuk menghilirkan produk-produk akademik dan penelitian secara langsung kepada masyarakat melalui industri. Selain itu, di pesisir selatan, UGM memiliki Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) yang menyediakan informasi geospasial yang andal, terintegrasi, dan mudah dimanfaatkan untuk mendukung negara maritim Indonesia. Di wilayah Batang, Jawa Tengah, UGM memiliki PT. Pagilaran yang menjadi perkebunan inti rakyat dengan produk teh dan kakao yang juga merupakan teaching industry bagi mahasiswa UGM.

Proses hilirisasi juga dilakukan melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang mengintegrasikan berbagai bidang ilmu, seperti pangan, energi, kesehatan, pariwisata, ekonomi kreatif, sumber daya air, dan kebencanaan. Untuk berperan dalam Sustainable Development Goals (SDGs), saat ini Dewan Guru Besar UGM tengah merencanakan Guru Besar Masuk Desa untuk membangun masyarakat desa sebagai upaya pengentasan kemiskinan.

Membangun Indonesia dari desa merupakan salah satu misi Universitas Gadjah Mada untuk turut menyejahterakan bangsa Indonesia. Dengan program KKN di wilayah perbatasan, sekolah komunitas perbatasan, profesor bangun perbatasan, sistem informasi pembangunan perbatasan yang terus digodok dan dikembangkan merupakan upaya UGM untuk turut membangun dari pinggiran. Mewujudkan perkembangan saintek dengan pembangunan infrastruktur, SDM, dan pendidikan yang merata dan berakar di masyarakat merupakan penerapan dari semboyan UGM, “Mengakar Kuat Menjulang Tinggi”.

Menjaga Komitmen Kemitraan

Salah satu hasil nyata UGM dalam menggabungkan peran antara pengembangan riset, masyarakat, komunitas, perusahaan, dan pemerintah, terlihat dari hadirnya PT. Pagilaran di Batang. Sejak diinisiasi pada era orde lama, perlahan-lahan konsep Perkebunan Inti Rakyat (PIR) mulai ditinggalkan oleh berbagai perusahaan perkebunan besar karena dianggap kurang menguntungkan. Rendahnya produktivitas serta kualitas produk perkebunan membuat perusahaan-perusahaan tersebut memilih untuk lebih banyak mengurusi perkebunan inti yang mereka kuasai sendiri.

Dalam kondisi tersebut, Pagilaran memilih bertahan dengan konsep kemitraan dan lebih berorientasi pada kesejahteraan petani dibanding pada profit semata.
Lebih jauh dari itu, dalam kemitraan ini Pagilaran tidak sekadar membeli teh dari petani, namun juga membangun pabrik di masing-masing unit plasma. Investasi yang tidak murah ini dilakukan selain untuk mendukung proses produksi, juga untuk memberikan jaminan kepada petani bahwa UGM tetap memegang komitmen dengan para mitra.

Konsep pemberdayaan tidak hanya dilakukan pada petani, tetapi juga kepada para pekerja di perkebunan serta pabrik. UGM melalui Pagilaran memiliki tugas untuk menciptakan sumber daya manusia yang andal di bidang pertanian. Untuk menumbuhkan kecintaan serta apresiasi atas profesi yang ditekuni, perusahaan ini tidak memperlakukan pekerjanya sebagai seorang pegawai, namun sebagai seorang pembuat teh.

Di samping unit produksi inti di Desa Pagilaran, Kabupaten Batang, PT. Pagilaran kini memiliki 4 pabrik pengolahan unit plasma yang tersebar di beberapa wilayah di Jawa Tengah dan DIY, yaitu Unit Produksi Kaliboja di Kabupaten Pekalongan, Unit Produksi Jatilawang di Kabupaten Banjarnegara, Unit Produkis Sidoharjo di Kabupaten Batang, serta Unit Produksi Samigaluh di Kabupaten Kulon Progo.

Seiring dengan proses tersebut, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada melalui PT. Pagilaran juga memperoleh Hak Guna Usaha lain seluas 208 ha di Segayung Utara, Kabupaten Batang, untuk kemudian dikembangkan sebagai perkebunan kakao serta Pusat Pengembangan Kompetensi Agribisnis Kakao Terpadu yang menjadi model teaching industry. Setelah beroperasi lebih dari 50 tahun, PT Pagilaran terus berevolusi melalui berbagai produk
yang dihasilkan. Namun demikian, semangat pemberdayaan yang dimiliki tidak pernah berubah. Sejak awal didirikan dan hingga waktu-waktu ke depan, perusahaan ini mengemban sebuah misi untuk mengembalikan kejayaan petani di negeri agraris ini. Saat ini, Pagilaran juga terus mengembangkan konsep perusahaan bersama yang serupa dengan konsep Badan Usaha Milik Rakyat untuk meningkatkan kemandirian petani.

Memberikan Manfaat Bagi Sesama
Hasil-hasil riset dan inovasi UGM juga telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Seperti halnya implan tulang yang dikembangkan oleh tim peneliti UGM yang tergabung dalam grup riset CIMEDs (Centre for Innovation of Medical Equipment and Devices), Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran UGM. Implan penyambung tulang ini beberapa waktu lalu telah dimanfaatkan untuk korban gempa dan tsunami di Palu. Sebanyak 100 implan yang terdiri dari narrow dynamics compression plate, small plate, broad plate, reconstruction plate, T plate dan mini plate diserahkan kepada tim bedah ortopedi RSUP Dr Sardjito yang waktu itu akan dikirim ke Palu. 

Implan ini dimanfaatkan untuk menangani pasien yang memerlukan sambungan tulang akibat gempa maupun tsunami. Implan yang disumbangkan ke Palu merupakan hasil pengembangan yang telah dilakukan sejak tahun 2007. Pengembangan implan ini didasarkan pada morfometri tulang orang Indonesia dari data hasil pengukuran tulang.

Ide pengembangan implan ini dilatarbelakangi peristiwa gempa Bantul tahun 2006 yang memakan banyak korban jiwa dan korban luka berat maupun ringan. Korban luka berat akibat bencana gempa saat itu mengakibatkan lebih dari 70 persen mengalami patah tulang.  Implan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan saat bencana. Sebagai penyambung tulang implan juga diperlukan pula untuk mereka yang mengalami kecelakaan di jalan raya, di tempat kerja atau cidera saat melakukan aktifitas sehari-hari.

Pengembangan implan penyambung tulang ini mendapatkan dukungan pendanaan dari Dikti dan UGM, melibatkan peneliti dari Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) FT UGM bekerja sama dengan peneliti dari Bagian Ortopedi dan traumatology RSUP Sardjito dan FKKMK UGM. Saat ini, tim peneliti CIMEDs juga sedang mempersiapkan kaki palsu.

Indonesia Memimpin, UGM Mengabdi 
Dalam bidang pendidikan, kontribusi Bangsa Indonesia pada tingkat dunia tidak diragukan lagi. Sejak tahun 2006, pemerintah telah memberikan beasiswa kepada lebih dari 1.000 generasi muda dari 71 negara berkembang yang disebut Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dan UGM menjadi salah satu host bagi mahasiswa tersebut. Selain itu, Program Darmasiswa yang dimulai tahun 1974 telah mendistribusikan beasiswa kepada 7.852 generasi muda dari 121 negara untuk melakukan program pertukaran di perguruan tinggi di Indonesia. Program tersebut tidak lain merupakan salah satu upaya soft diplomacy Bangsa Indonesia kepada dunia. Berkaca dari hal tersebut, UGM di usianya yang ke-69 ini tetap perlu untuk memberikan kontribusi bagi bangsa di dunia internasional, yaitu program beasiswa UGM International Fellowship Programme, untuk mahasiswa S2/S3 yang berasal dari negara berkembang khususnya ASEAN, sebagai bagian dari program UGM Lead South East Asia, salah satu target UGM menjadi pemimpin perguruan tinggi terkemuka di wilayah Asia Tenggara. Program ini
dimulai pada tahun 2018 dengan jumlah beasiswa 17 orang. Selain itu, UGM juga turut mendukung program pemerintah, yaitu kemajuan bagi Palestina, dengan memberikan beasiswa S2 dan S3 bagi mahasiswa yang berasal dari Palestina. Program ini sebagai bagian dari upaya UGM meneguhkan kepemimpinan di dunia internasional. Nilai-nilai yang mulia UGM harus dirasakan dan menginspirasi di seluruh penjuru dunia.

Dalam membangun reputasi internasional bagi Bangsa Indonesia, peran aktif UGM juga sangat nyata, melalui peningkatan peringkat UGM di antara perguruan tinggi di dunia. Pada tahun 2018 ini ranking UGM naik dari 402 menjadi 391 menurut versi QS World University Ranking. Sedangkan pada tataran regional, peringkat UGM di Asia naik dari 85 menjadi 74 dengan academic reputation berada di peringkat 43 di Asia, dan merupakan peringkat tertinggi di Indonesia. Pemeringkatan bukanlah tujuan dari pendirian UGM. Pemeringkatan merupakan cermin, potret, dan ukuran numerik dari dampak atas kualitas proses maupun produk akademik yang dihasilkan UGM yang dapat dipergunakan untuk evaluasi diri. UGM memiliki tanggung jawab ke publik bahwa semua proses akademik dan produk yang dihasilkan harus dapat diukur kualitasnya, pengukuran dilakukan oleh lembaga yang kredibel, dan hasilnya harus dapat dipertanggungjawabkan ke publik.

Kepercayaan dunia terhadap Indonesia dan juga UGM selain ditunjukkan oleh peringkat, juga dicerminkan oleh ketertarikan dunia internasional terhadap UGM melalui meningkatnya animo mahasiswa internasional dan dosen internasional di UGM. Selama tahun 2018, jumlah mahasiswa internasional di UGM sebesar 2.269 mahasiswa yang berasal dari 95 negara. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sejumlah 527 mahasiswa jika dibandingkan pada tahun 2017 dengan jumlah mahasiswa 1.705 orang. Jumlah visiting lecture di UGM selama 2018 adalah 900 orang dari 28 negara. Berbagai program inovatif telah dilakukan antara lain hibah penyelenggaraan summer course yang diselenggarakan lintas fakultas dengan jumlah 17 program pada tahun 2018, program pertukaran mahasiswa, immersion program, internship, KKN, dan program-program inovatif lainnya. Jumlah mahasiswa internasional di UGM masih perlu ditingkatkan khususnya untuk program bergelar pada semua strata. Oleh karena itu, program studi yang sudah memiliki akreditasi internasional maupun sertifikasi internasional, yang saat ini
sudah mencapai berturut-turut sejumlah 22 dan 29 program studi, terus kita dorong untuk dapat membuka program internasional agar dapat menerima lebih banyak mahasiswa dari berbagai negara. Program gelar ganda untuk S2 dan S3 serta international undergraduate program dan program-program lain yang inovatif perlu ditingkatkan.