Yogyakarta (ANTARA) - Kantor Urusan Agama Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta yang ditetapkan sebagai “pilot project” program Pusat Layanan Keluarga Sakinah di Kota Yogyakarta sejak pertengahan 2019 telah menangani 60 konseling pernikahan dengan berbagai permasalahan.
“Sudah ada 60 kasus yang masuk dalam tahap konseling dan konsultasi. Tiga di antaranya bahkan dilakukan penjangkauan hingga ke rumah pasangan suami istri karena memang perlu dilakukan pendampingan lebih dalam,” kata Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Umbulharjo Yogyakarta Handri Kusuma di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, faktor yang menjadi penyebab ketidakharmonisan pasangan suami-istri tidak hanya disebabkan masalah ekonomi saja tetapi ada faktor pemicu lain seperti kekerasan dalam rumah tangga, suami yang kurang perhatian, hingga ikut campur mertua.
Melalui kegiatan konseling hingga pendampingan, Handri berharap, hubungan antara suami dan istri kembali harmonis sehingga tercipta ketahanan keluarga yang baik dan keluarga yang sakinah.
Ia menambahkan, KUA Umbulharjo tidak bekerja sendiri dalam upaya mewujudkan ketahanan keluarga tetapi menggandeng pihak lain seperti Mitra Keluarga di tingkat kecamatan, takmir masjid, tokoh masyarakat hingga pemangku di wilayah seperti ketua RT dan RW.
“Belum lama ini, seluruh pihak di Kecamatan Umbulharjo melalui Forkopimka menyampaikan komitmen ‘Cegah Tiga’ yaitu mencegah tindakan kekerasan dalam rumah tangga, perkawinan anak dan perkawinan karena kehamilan yang tidak diinginkan,” katanya.
Selain membuka layanan konseling, upaya untuk menumbuhkan keluarga yang harmonis dan sakinah sudah dimulai sejak pra pernikahan yaitu bimbingan kepada calon pengantin. “Sepanjang 2019 ada 350 pengantin di Umbulharjo, semuanya sudah mengikuti bimbingan pernikahan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta Nur Abadi mengatakan, program Pusaka Sakinah adalah program dari pemerintah pusat dan DIY menjadi bagian dari 15 provinsi yang menjadi pilot project.
“Kebetulan, di Kota Yogyakarta dilakukan di KUA Umbulharjo,” katanya yang menyebut layanan Pusaka Sakinah tidak hanya bisa diakses oleh warga Umbulharjo saja tetapi seluruh warga Kota Yogyakarta.
Nur mengatakan, peserta program Pusaka Sakinah sudah terjaring sejak calon pengantin tersebut mengisi angket di KUA sebelum melaksanakan pernikahan.
“Dari hasil pengisian angket tersebut dapat diketahui pengantin yang berpotensi mengalami masalah dalam kehidupan mereka. Oleh karenanya, mereka diikutkan dalam program Pusaka Sakinah,” katanya yang menyebut ada sekitar 1.000 pernikahan di Yogyakarta setiap tahunnya.
Pendampingan akan dilakukan selama satu tahun atau lebih tergantung kondisi dari tiap pasangan. “Jika masalahnya adalah faktor ekonomi, maka kami juga akan memberikan pendampingan berupa pemberdayaan. Harapannya, masalah ekonomi bisa terpecahkan,” katanya.
Ia berharap, program Pusaka Sakinah tersebut dapat dilaksanakan di seluruh KUA di Kota Yogyakarta sehingga tercipta ketahanan keluarga yang tangguh di kota tersebut.