UKM di Bantul bisa bertahan meski terdampak COVID-19

id Dinas UKM Bantul,kabar baik,berita baik,sembuh dari covid

UKM di Bantul bisa bertahan meski terdampak COVID-19

Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Bantul Agus Sulistiyana (ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan meski kegiatan usaha kecil menengah terdampak pandemi virus corona atau COVID-19, namun pelaku usaha tetap bisa eksis dalam menggerakkan roda perekonomian agar kehidupan tetap berjalan.

"Hampir 85 persen UKM terdampak COVID-19 mampu bertahan, mereka berusaha untuk bagaimana tetap eksis dengan melihat pasar apa yang sebetulnya sekarang masih dibutuhkan," kata Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Bantul Agus Sulistiyana saat dihubungi di Bantul, Minggu.

Menurut dia, UKM yang tumbuh berkembang di Bantul itu jenis usaha banyak sekali, namun dengan banyaknya jenis usaha itu pemda kesulitan untuk memantau eksistensi masing-masing, hanya saja di saat pandemi wabah corona, para pelaku usaha beralih ke sektor yang dibutuhkan masyarakat.

"Contoh salah seorang pengrajin batik kayu di Pajangan itu mesti lesu sekali, kemudian dia beralih ke sektor bidang ingkung (kuliner), dan kemudian ketika kami kemarin mengadakan padat karya diversifikasi usaha membuat masker, ada pengrajin kulit Manding ikut menjahit," katanya.

Menurut dia, hal itu dilakukan para pelaku UKM agar tetap mendapatkan penghasilan dengan mengoptimalkan potensi dan keterampilan yang dimiliki, sebab kalau masih tetap menjalankan sektor UKM, justru kesulitan untuk memasarkan produk kerajinan.

"Karena jelas dampak yang dirasakan UKM karena COVID-19 itu biaya produksi meningkat, modal berkurang akibat biaya produksi naik, bahan baku kesulitan, dan pasar turun akibat daya beli turun, akhirnya dia harus beralih ke usaha lain," katanya.

Agus mengatakan, dan salah satu program dinas berupa pemberdayaan padat karya diversifikasi usaha pada akhir Mei melibatkan 160 UKM untuk menjahit masker dan coverall atau alat pelindung diri (APD), dengan bahan baku 1.550 lembar batik dibeli dari 30 pengrajin batik di Bantul.

Agus juga mengatakan, sebagian dari industri yang masih bertahan dari wabah COVID-19 itu terutama produk kerajinan mebel yang mempunyai pasar ekspor ke negara-negara Eropa, sehingga produksi tetap berjalan meski tidak sebanyak seperti sebelum pandemi corona.

"Kalau dari sisi industri khususnya ekspor itu beberapa masih laku, karena pasarnya Eropa, yang mebel-mebel terutama yang ekspor di Eropa, seperti industri di wilayah Tembi, kemudian di Gatak Timbulharjo, kemarin pas kita sosialisasi protokol kesehatan masih eksis," katanya.