Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Yogyakarta mengalokasikan anggaran Rp500 juta dari APBD Perubahan 2020 untuk dana insidental perbaikan talud dan saluran air hujan apabila mengalami kerusakan saat musim hujan tahun ini.
“Hanya saja, kami menetapkan batas waktu penggunaan dananya yaitu hingga akhir Oktober agar pekerjaan bisa diselesaikan sesuai masa berakhirnya tahun anggaran 2020,” kata Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta Aki Lukman di Yogyakarta, Kamis.
Jika kerusakan infrastruktur di bidang sumber daya air terjadi pada November atau Desember, maka tidak akan diperbaiki menggunakan anggaran insidentil karena pekerjaan dan laporan keuangan diperkirakan tidak bisa diselesaikan tepat waktu
“Kami akan melihat bagaimana kerusakannya. Bisa saja cukup diselesaikan oleh tenaga swakelola atau diperbaiki sementara agar kerusakan tidak semakin meluas,” katanya.
Aki memastikan, kebutuhan material untuk perbaikan sementara talud atau saluran air hujan masih mencukupi di antaranya, bronjong berisi batu, karung yang bisa diisi pasir, dan box culvert.
Berdasarkan pemetaan, terdapat tiga titik talud sungai yang rawan mengalami longsor saat musim hujan yaitu dua titik di Sungai Winongo yang berada di Kelurahan Pakuncen dan Kelurahan Bener dengan masing-masing panjang kerusakan 20 meter, serta satu titik di Sungai Gajah Wong yang berada di Kelurahan Muja-Muju sepanjang 21 meter.
Ketiga titik talud tersebut dinilai rawan longsor karena tebing talud retak dan sampai saat ini sama sekali belum dilakukan perbaikan.
“Di sekitar lokasi talut di Pakuncen sudah dilakukan penataan sungai dengan M3K (mundur, munggah, madep kali). Tetapi untuk talut belum tersentuh perbaikan sehingga rawan longsor saat terjadi hujan deras,” katanya.
Kerusakan talud Sungai Winongo di Pakuncen dialokasikan untuk diperbaiki pada tahun anggaran 2021.
Sedangkan untuk di Muja-Muju, lanjut Aki, panjang kerusakan talud pada awalnya mencapai 42 meter namun baru diperbaiki sepanjang 21 meter karena dinilai mengalami kerusakan cukup parah. “Untuk sisa 21 meter yang belum diperbaiki ini juga rawan longsor jika debit air sungai mengalami kenaikan,” katanya.
Sepanjang 2020, Aki menyebut sudah melakukan perbaikan terhadap titik talud yang rusak meskipun mengalami keterbatasan anggaran karena dipangkas untuk penanganan COVID-19.
“Perbaikan talud kami lakukan bersamaan dengan program Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD). Beberapa lokasi yang dikerjakan di antaranya Notoprajan dan Gedongkiwo,” katanya.