Jakarta (ANTARA) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menargetkan roket sonda dua tingkat yang dikembangkan di dalam negeri dapat diluncurkan pada 2024.
"Hingga 2024, kita berharap sudah bisa meluncurkan roket sonda dua tingkat dengan 'mission' (misi) untuk penelitian atmosfer di ketinggian 200 kilometer," kata Kepala Pusat Teknologi Roket Lilis Mariani dalam seminar virtual Teknologi Penerbangan dan Antariksa untuk Indonesia Maju yang merupakan rangkaian kegiatan Inovasi Indonesia Expo 2020, Jakarta, Jumat.
Roket dua tingkat tersebut akan bermanfaat untuk melaksanakan kegiatan pengukuran karakteristik atmosfer dan berbagai kegiatan riset.
Pengembangan roket dua tingkat tersebut dimulai sejak 2019 dengan mulai membuat konsep desain roket.
"Pada 2020 sebenarnya kita memasuki tahap 'preliminary design' namun karena ada COVID-19 jadi agak terhambat tapi tetap kita mengadakan pengembangan-pengembangan fasilitas dari lab 'assembling' (perakitan) dan 'testing' (pengujian)," tutur Lilis.
Pada 2021, Lapan juga akan lanjut membuat detail desain.
Menurut Lilis, urgensi penguasaan teknologi roket di Indonesia sejalan dengan visi Indonesia yakni Keantariksaan Indonesia yang Mandiri, Maju dan Berkelanjutan.
Pengembangan roket juga penting untuk mendukung sistem komunikasi dan pertahanan bagi negara kepulauan Indonesia.
Lilis mengatakan Indonesia memerlukan kemajuan teknologi roket yang merupakan teknologi terdepan (frontier) untuk menjaga keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan untuk kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Indonesia.
Lapan memiliki agenda pada periode 2021-2025 untuk mengembangkan roket dua tingkat dengan ketinggian 300 kilometer.
Sementara pada 2040, diharapkan Indonesia memiliki roket pengorbit satelit yang dapat membawa satelit 100 kilogram, dan roket itu diluncurkan dari bandara antariksa milik Indonesia yang akan dibangun di Pulau Biak, Papua.
Saat ini pihaknya sedang melaksanakan kegiatan untuk mengevaluasi dan menjabarkan kebutuhan pengguna (user), kebutuhan teknologi yang diperlukan, fasilitas, sumber daya manusia, anggaran, strategi kerja sama yang perlu dibuat lebih detail.
Lilis menuturkan fasilitas dalam pengembangan roket masih minim. Di Indonesia saat ini ekosistem industri roket juga masih sangat terbatas. Oleh karena itu perlu dukungan anggaran, sumber daya manusia dan strategi kerja sama.
"Pengembangan RPS (roket pengorbit satelit) memang karena dianggap 'high risk' (berisiko tinggi) dan tidak terlalu menguntungkan maka memang sangat perlu dukungan pemerintah baik di penganggaran, kebijakan alih teknologi, investasi, proses bisnis untuk mendorong tumbuhnya ekosistem industri nasional," ujar Lilis.
Berita Lainnya
Indonesia kerja sama pengembangan SDM industri di Hannover Messe 2024, Jerman
Sabtu, 27 April 2024 19:00 Wib
Pengembangan AI mendukung pemajuan pendidikan di Indonesia
Kamis, 25 April 2024 19:51 Wib
Wapres RI inginkan Indonesia menjadi pusat pengembangan ekonomi syariah
Selasa, 23 April 2024 20:04 Wib
Bank BPD DIY salurkan CSR untuk pengembangan wisata Sendang Sombomerti
Selasa, 23 April 2024 11:40 Wib
Kominfo Yogyakarta selenggarakan pelatihan pengembangan talenta digital
Senin, 22 April 2024 16:03 Wib
Prabowo diajak Apple kerja sama di bidang pengembangan teknologi
Kamis, 18 April 2024 9:56 Wib
Sleman serahkan bantuan ternak untuk pengembangan usaha BUMKal
Sabtu, 6 April 2024 20:06 Wib
Indonesia bakal miliki Pusat AI berinvestasi Rp3,1 triliun
Kamis, 4 April 2024 5:17 Wib