Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog sekaligus Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Sumatera Barat Defriman Djafri mengemukakan pandemi akan berakhir apabila masyarakat atau setiap individu disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
"Tetapi ini yang sulit dilakukan ketika semua aktivitas kehidupan dijalankan," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan pandemi ibarat paspor di mana epidemi yang berjalan atau menyebar di lintas negara. Dalam kondisi itu, semua pihak harus menyadari ancaman nyata ke depan.
Hal itu dapat dilihat ketika kasus pasien 01 dan 02 diumumkan oleh Presiden Joko Widodo yang pada akhirnya semua pihak tidak hanya melihat kejadian di dalam negeri namun juga secara global.
Baca juga: Sebanyak 1,8 juta dosis vaksin COVID-19 dari Sinovac tiba di Indonesia
Apalagi, saat ini dunia juga dihadapi dengan ancaman varian mutasi baru COVID-19 yang diketahui menjangkit dengan begitu cepat jika dibandingkan dengan jenis sebelumnya.
Oleh sebab itu, Defriman mengingatkan hal ini perlu dipertimbangkan sebagai antisipasi ke depan. Saat ini, penerapan protokol kesehatan tetap menjadi hal utama dan harus dilakukan masyarakat secara kolektif.
Artinya, katanya, menjaga jarak fisik, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun harus dilakukan secara berkelanjutan serta diterapkan sekaligus tanpa mengabaikan salah satunya.
Baca juga: Pasien positif COVID-19 DIY bertambah 296 menjadi 11.898 kasus
Penerapan protokol kesehatan dengan intervensi kebijakan harus terus dilakukan yang diiringi dengan penegakan hukum.
"Hal ini diharapkan efektif untuk mengurangi risiko penularan dan meminimalkan ancaman varian virus baru," ujar dia.