Yogyakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid berpendapat bahwa umat Muslim perlu merekonstruksi sejarah Peradaban Islam masa lampau yang memberikan tempat terhormat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
"Yang dibutuhkan saat ini adalah melakukan rekonstruksi sejarah lampau. Rekonstruksi adalah proses intelektual, ada elemen lama di sana, tetapi dilengkapi dengan eleman kontekstual sesuai kebutuhan masanya," kata Fathul Wahid saat membuka kuliah umum daring bertajuk "Perkembangan Peradaban Islam" untuk mahasiswa program profesi, magister, dan doktor dipantau di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, proses rekonstruksi berbeda dengan proses reproduksi yang bersifat mekanistik dan menyalin masa lalu apa adanya.
Jika sekadar melakukan reproduksi, menurut dia, justru akan menjadikan umat Muslim tidak beranjak dari tempatnya karena selalu hidup di bawah bayang-bayang masa lalu sehingga sulit berkembang.
Menurut dia, umat Nuslim tidak sekadar harus mampu menjadi pemilik peradaban yang dikembangkan, namun di sisi lain juga harus bersedia menjadi tamu dari peradaban dan pemikiran dari tempat yang lain.
"Bagaimana nilai-nilai universal Islam kita gaungkan, kita lantangkan, dan membuka diri dari pemikiran tempat atau kalangan lain," kata dia.
Hal tersebut, menurut dia, dapat kembali merujuk pada masa Harun Ar-Rasyid, khalifah kelima Dinasti Abbasiyah yang amat memberikan penghargaan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.
Pada saat itu, kata dia, siapa pun ilmuwan baik muslim maupun tidak yang membantu mengembangkan ilmu pengetahuan diberi penghargaan emas seberat buku yang ditulis atau diterjemahkan.
"Ini indikasi bahwa Islam menghargai ilmu, dan ilmu pengetahuan," ujar Fathul.
Pada abad ketiga sampai kelima setelah Islam hadir, dikatakan Fathul, banyak muslim kelas menengah yang mempunyai sumber daya dan minat tinggi dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
Pada saat itu, sebagaimana dicatat oleh sejarah, daulah memberikan tempat yang terhormat untuk ilmu pengetahuan Yunani. Penyebaran ilmu pengetahuan menjadi luas karena dorongan dan sambutan kelas menengah muslim.
Situasi spiritual pada tiga abad pertama Islam, menurut dia, amat kondusif untuk masuknya ide dan sistem pemikiran Yunani.
"Jika kita sepakat, bahwa saat ini, Muslim cenderung tertinggal dalam pengembangan ilmu pengetahuan atau peradaban, mungkin kita bisa melakukan refleksi terhadap cerita tersebut," kata dia.
Berita Lainnya
Wapres RI: Alkhairaat harus membangun pusat peradaban Islam wilayah timur RI
Kamis, 22 Februari 2024 20:43 Wib
74 tahun BTN berperan bangun peradaban dan majukan masa depan bangsa
Jumat, 9 Februari 2024 20:56 Wib
Dunia pendidikan turbin penggerak peradaban Indonesia
Sabtu, 13 Januari 2024 6:06 Wib
Wapres harapkan Al-Irsyad Al-Islamiyyah jadi pusat peradaban
Selasa, 9 Januari 2024 5:13 Wib
Menlu Retno: Sumbu Filosofi mengukuhkan Yogyakarta jadi Kota Peradaban
Kamis, 28 Desember 2023 21:28 Wib
Menag: Keluarga berperan penting bangun peradaban
Minggu, 1 Oktober 2023 6:35 Wib
Pembangunan Monumen Reog-Museum perkuat peradaban Ponorogo
Jumat, 25 Agustus 2023 17:07 Wib
Pemuda generasi unggul tumpuan peradaban bangsa
Selasa, 1 Agustus 2023 1:45 Wib