Ukraina minta sekutunya kirim senjata berat

id ukraina,zelenskyy,rusia

Ukraina minta sekutunya kirim senjata berat

Arsip - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara dalam konferensi pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Rumania Klaus Iohannis dan Perdana Menteri Italia Mario Draghi di Kiev, Ukraina, 16 Juni 2022. (ANTARA/Ludovic Marin/Pool via Reuters/as)

Kiev (ANTARA) - Presiden Volodymyr Zelenskyy mendesak negara-negara sekutu Ukraina untuk mempercepat pengiriman senjata berat untuk menandingi Rusia dalam pertempuran.

Desakan itu disampaikan Zelenskyy di tengah serangan udara dan artileri besar-besaran Rusia di seluruh wilayah Donbas, Ukraina timur.

"Kami harus membebaskan wilayah kami dan mencapai kemenangan, tetapi dengan lebih cepat, jauh lebih cepat," katanya dalam pidato video yang dirilis Kamis pagi.

Dia mengulangi permintaan Ukraina soal senjata yang lebih besar dan lebih cepat.

"Ada serangan udara dan artileri besar-besaran di Donbas. Tujuan penjajah di sini tidak berubah, mereka ingin menghancurkan seluruh Donbas secara bertahap," kata dia.

"Itulah kenapa kami menekankan lagi dan lagi agar pengiriman senjata ke Ukraina dipercepat. Yang kami butuhkan segera adalah kesetaraan di medan tempur untuk menghentikan armada jahat ini dan mengusirnya ke luar perbatasan Ukraina," kata Zelenskyy.

Semakin beratnya pertempuran di Donbas terlihat dari laporan kantor berita Tass yang mengutip kelompok separatis pro-Rusia.

Mereka mengeklaim telah merebut sebagian besar Vovchoyarivka, sebuah desa yang berjarak 12 km dari kota Lysychansk.

Jika klaim itu benar, Lysychansk berada dalam ancaman besar terkepung oleh pasukan Rusia.

Ketika pertempuran sengit berlangsung di Donbas, pasukan Rusia terus menghantam kota terbesar kedua Kharkiv di dekat perbatasan dengan Rusia.

Serangan Rusia pada Selasa dan Rabu di Kharkiv menjadi yang terbesar dalam beberapa pekan terakhir.

Kota itu sempat menjalani kehidupan normal sejak Ukraina memukul mundur pasukan Rusia bulan lalu.

Pemerintah Ukraina menilai serangan di Kharkiv, yang dikabarkan telah membunuh sedikitnya 20 orang, sebagai langkah Rusia untuk memaksa Ukraina menarik pasukannya dari medan-medan pertempuran utama di Donbas guna melindungi warga sipil.

"Penjajah Rusia tidak berhenti membombardir warga sipil," kata gubernur wilayah Kharkiv Oleh Synehubov di aplikasi pesan Telegram.

"Ini adalah bukti bahwa kami tak bisa mengharapkan skenario yang sama seperti di Chernihiv atau Kiev, di mana pasukan Rusia mundur di bawah tekanan," kata dia.

Pertempuran di kota Sievierodonetsk –garis depan di wilayah timur di mana ratusan warga sipil terperangkap di sebuah pabrik kimia– diwarnai saling klaim antara Ukraina dan Rusia sebagai penguasa kota itu.

Gubernur wilayah Luhansk Serhiy Gaidai mengatakan pada Rabu malam bahwa pasukan Rusia terus menambah tentara di Sievierodonetsk untuk mengepung tentara Ukraina.

Dia menolak klaim Rusia bahwa militernya telah mengendalikan kota itu.

"Pertempuran masih berlangsung," kata dia di televisi Ukraina. "Pasukan Rusia tidak punya kendali penuh."

Rusia mengatakan tentara Ukraina di Sievierodonetsk terjebak. Moskow pekan lalu memerintahkan mereka untuk menyerah atau mati setelah jembatan terakhir di atas sungai Siverskyi Donets dihancurkan.

Di Rusia, api terlihat membakar sebuah kilang minyak yang jaraknya hanya 8 km dari wilayah Donbas yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia.


 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024