Radikalisme tidak selalu berakar agama, tapi bisa ideologis

id Radikalisme,Terorisme,Moya Institute,radikal teroris

Radikalisme tidak selalu berakar agama, tapi bisa ideologis

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah terpilih 2022-2027 Haedar Nashir (kiri) dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah terpilih 2022-2027 Abdul Mu'ti (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai acara penetapan pada Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS, Solo, Jawa Tengah, Minggu (20/11/2022). Haedar Nashir kembali terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2022-2027 dalam sidang Muktamar ke-48 Muhammadiyah setelah memperoleh suara terbanyak dengan 2203 suara mengalahkan 12 anggota tetap Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah lainnya. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/nz.

Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan bahwa radikalisme-terorisme muncul tidak selalu berakar agama, tetapi bisa juga berlandaskan ideologis dan politik lain.

“Upaya mengaitkan agama dengan terorisme itu harus mulai dikoreksi. Hanya dalam konteks Indonesia ditengarai seakan ada skenario karena pada aksi-aksi tertentu, pasca aksi selalu ditemukan dokumen yang berkaitan dengan teologis, yang kemudian mengalihkan perhatian masyarakat dari isu penting lainnya,” kata Abdul Mu’ti dalam seri Webinar Nasional yang digelar Moya Institute bertema “Radikalisme: Adakah Akarnya di Indonesia?” dipantau dari Jakarta, Jumat.

Hal seperti itu, kata Abdul Mu’ti melanjutkan, membuat masyarakat jemu dan bersikap apatis terhadap kasus-kasus radikalisme-terorisme, seperti pada kasus bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar.

Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komarudin Hidayat mengatakan bahwa pada tataran intelektual dan ilmuwan sudah diakui bahwa tidak ada korelasi utama antara Islam dan terorisme.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Abdul Mu'ti sebut radikalisme tidak selalu berakar agama

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2025