Memperkuat persaudaraan antariman lewat safari silaturahim Lebaran

id Safari silaturahmi Lebaran ,Vikep Yogyakarta Barat ,Ponpes Alqodir Cangkringan ,Ponpes Sohibul Huda ,Wabup Sleman ,Bupat Oleh Victorianus Sat Pranyoto

Memperkuat persaudaraan antariman lewat safari silaturahim Lebaran

Romo Vikep Yogyakarta Barat Rm Suwondo Pr saat melakukan silaturahmi Lebaran ke Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo, Minggu (23/4/2023). ANTARA/HO-Vikep Yogyakarta Barat

Sleman (ANTARA) - Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran menjadi momentum yang banyak dimanfaatkan lapisan masyarakat untuk saling bersilaturahmi, serta memperkuat dan membangun persaudaraan dengan keluarga, kolega, sahabat  maupun juga kenalan.

Bahkan, pada momentum Lebaran ada tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman bagi mereka yang hidup di perantauan. Meskipun dapat dipastikan pulang kampung di saat Lebaran, perlu perjuangan lebih dibandingkan pada mudik pada hari-hari biasa, namun masyarakat tetap antusias dan rela mengorbankan waktu, tenaga dan biaya untuk bisa pulang  bertemu dengan keluarga.

Segala keribetan saat mudik Lebaran seakan tidak ada artinya dan terhapuskan oleh rasa gembira saat bisa bersilaturahmi, bertemu dan saling menumpahkan kerinduan tentang sebuah persaudaraan dengan sesama.

Atas dasar rasa persaudaraan itu pula, maka untuk memperkuat persaudaraan antarumat beragama, Vikep Yogyakarta Barat Romo (Pastur) AR Yudono Suwondo Pr memanfaatkan momen Lebaran hari kedua pada Minggu, 23 April 2023, untuk bersafari silaturahmi ke sejumlah pondok pesantren (ponpes), dan pejabat daerah.


Silaturahmi ke ponpes 

Silaturahmi pertama dilakukan Romo Wondo, demikian Rm Vikep akrab disapa, dilaksanakan di Ponpes Alqodir Cangkringan, Kabupaten Sleman. Dalam silaturahmi Idulfitri 1 Syawal 1444 H, yang juga merupakan kunjungan balasan ini, Romo Wondo didampingi sejumlah aktivis.

Mereka yang mendamingi itu di antaranya  Ketua DPC ISKA Sleman Belariantata, Ketua Pemuda Katolik Sleman, Eko Nugroho, aktivis Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Yogyakarta, Ignas Suryadi Sw,  FKDM Kabupaten Sleman, Pintoko, aktivis lingkungan hidup FX Wagiyono dan Sukabdi, serta Sandra seorang pemuda Katolik.

Rombongan tiba di Ponpes Alqodir ketika Kyai Ahmad Masrur Mz usai melaksanakan salat Dzuhur. Dalam kesempatan tersebut Kyai Ahmad Masrur dengan gaya khas bercandanya mengatakan bahwa pertemuan dua tokoh agama dapat menjadi teladan untuk saling membangun persaudaraan.

"Demi ketenangan umat, cukuplah Kyai dan Romo ngobrol seperti ini, tidak penting apa yang diomongkan. Yang penting duduk bersama dan akrab," kata Kyai Masrur.

Mengamini pernyataan Kyai Masrur, Romo Wondo menambahkan bahwa kunci pentingnya pertemuan tersebut adalah saling berkunjung, apalagi pada momentum Lebaran.

Menurut Kyai Masrur, meski bukan sekuler, seharusnya beragama itu dipisahkan dengan bernegara. Sedangkan Ignas Suryadi menggarisbawahi pernyataan Kyai Masrur, bahwa politik bagus, akan menjadi buruk kalau dilandasi kepentingan ekonomi pribadi dan lainnya.

Berdakwah pun, Ignas Suryadi memaknainya sebagai ajang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Maka Kyai Masrur juga biasa mengingatkan kawan-kawan Katolik yang kadang lupa ke gereja.

Karena pernah terjadi ada santrinya menjadi Islam yang makin taat beribadah gegara diingatkan oleh seorang Pastor. Ini perlu dikembangkan. begitu pula kalau ada umat yang pindah agama karena melihat kebaikannya mestinya kita saling bisa legawa menerimanya, kata Ignas Suryadi.

Silaturahmi kemudian berlanjut ke Ponpes Sohibul Huda, Pakem Sleman. Rombongan Romo Wondo ditemui oleh Kyai Nuri dan seorang stafnya.

Setelah mendengar Rm Vikep menyampaikan maksud kedatangannya, Kyai Nuri menyatakan bahwa silaturahmi ini demi Negara dan Bangsa Indonesia semakin baik dalam banyak hal, utamanya kedamaian.

"Untung Yogya punya Sultan yang membuat rukun damai masyarakat," ucap Kyai Nuri. Kyai Nuri yang merupakan Sarjana Teknik Sipil UGM itu juga mengembangkan pertanian unggul, serta peternakan di ponpesnya maupun di beberapa lokasi lain.

Ponpes ini juga sudah sering bekerja sama dengan perwakilan masyarakat Katolik dalam pertanian dan pelestarian lingkungan hidup. Keprihatinan Kyai Nuri lainnya adalah petani Indonesia masih kurang kuat dalam pemasaran produknya.

Kyai Nuri juga aktif meneliti kerukunan umat beragama di Jateng, khususnya Banyumas berbasis budaya. Dulu mereka belajar seni budaya lokal DIY, sekarang mereka lebih kuat mengembangkan secara mandiri. Kelompok Jathilan saja ada 320, yang lebih menonjolkan sisi seninya daripada mistiknya. Salah satu pelatihnya adalah Didik Ninik Thowok dari Yogyakarta.

"Ponpes siap berkolaborasi dengan Romo dan umat Katolik. Kalau itu terjadi, maka kita tidak usah bicara radikalisme, mereka akan tersingkir sendiri," kata Kyai Nuri menegaskan.

Selepas silaturahmi ke ponpes, kunjungan Romo Wondo dan rombongan berlanjut ke Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa. Danang merespons ucapan Romo Wondo dengan menekankan bahwa Visi Bupati-Wabup adalah "Sleman sebagai Rumah Bersama".

Dalam silaturahmi dengan Wabup Sleman, pembicaraan berkisar soal politik kebangsaan secara umum, termasuk tentang kerukunan umat beragama.

Safari silaturahmi Romo Vikep AR Yudono Suwondo Pr berakhir di rumah dinas Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo. Rombongan Romo Wondo disambut Bupati bersama sang suami Sri Purnomo.

Dalam kesempatan tersebut, selain menyampaikan pesan untuk selalu menjaga kebersamaan dan saling toleransi, Bupati Kustini juga mengungkapkan tentang pembangunan Sleman yang berwawasan lingkungan, mengingat Sleman menjadi penyangga air dan bahan makanan Provinsi DIY.

Lebaran tidak bisa dipisahkan dengan silaturahmi.  Lebaran dengan nuansa silaturahmi yang kuat bisa menjadi momentum bersama untuk memperkuat ikatan solidaritas sosial dan kohesi sosial.  Silaturahmi juga dapat membangun kerukunan antarumat beragama, karena dengan silaturahmi akan semakin saling mengenal dan memahami. Dengan demikian, silaturahmi  dapat semakin merekatkan tali persaudaraan antarumat.