Solo Menari, citra Kota Budaya dan upaya gerakkan ekonomi kreatif

id Solo menari,Kharisma Event Nusantara

Solo Menari, citra Kota Budaya dan upaya gerakkan ekonomi kreatif

Para penari membawakan tarian Bedhayan Naradipta di depan Pasar Triwindu Solo, Sabtu (29/4/2023). ANTARA/Aris Wasita

Solo (ANTARA) -
Sepanjang Jalan Diponegoro Surakarta, Jawa Tengah, tepatnya di depan Pasar Triwindu, Ngarsopuro, pada Sabtu pagi tanggal 29 April 2023,  dipenuhi dengan penari berpakaian adat Jawa, berkain kebaya serta kain panjang (jarik) berwarna putih.
 
Tubuh mereka luwes membawakan tarian Bedhayan Naradipta. Tarian tersebut sebagai pertanda dibukanya pergelaran Solo Menari yang dihelat setahun sekali. Solo Menari merupakan acara tahunan yang digelar dalam rangka peringatan Hari Tari Sedunia dan masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Pentas budaya ini dimulai dengan kirab gunungan dari Pura Mangkunegaran menuju Koridor Ngarsapura yang diikuti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf)  Sandiaga Salahuddin  Uno bersama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka serta Mangkunagoro X Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya.

Pada atraksi budaya ini,  para penari wanita yang berasal dari berbagai usia tampak sepenuh hati saat membawakan tarian. Tarian itu dibawakan oleh ratusan penari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, pecinta tari maupun penikmat tari.  Penonton yang memenuhi  lokasi acara seperti terhipnotis menyaksikan penampilan para penari.
 
Sutradara Solo Menari 2023, Boby Ari Setyawan, sengaja memilih tarian tersebut sebagai pembuka karena dinilai menjadi cerminan filosofi Kota Solo. Tari Bedhayan Naradipta merupakan hasil inspirasi dari tari Bedhaya yang ada di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat maupun Mangkunegaran. Baik di Keraton Surakarta maupun Pura Mangkunegaran, tari sakral ini hanya tampil di momen-momen tertentu.
 
Tari Bedhaya ini selanjutnya berkembang menjadi tari Bedhayan. Sedangkan jika dalam Bahasa Sansekerta, Naradipta berarti raja atau manusia yang berkilau.

Sementara itu, kostum warna putih yang dikenakan para penari merupakan cerminan pengharapan suci seluruh masyakarat untuk menyambut dan menghantarkan seorang pemimpin yang merakyat dan berkilau.
 
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Adipati Mangkunegara X usai ikut membawakan tarian, mengikuti gerakan penari kawakan asal Solo yang juga pencipta tari Bedhayan Naradipta, Rustini , meski sesaat, kemudian dikalungi kain berwarna putih.  
 

Interaksi Penari
 
Kegiatan Solo Menari  terasa begitu spesial karena ada sebanyak 700 penari yang terlibat. Saat pentas di Pasar Gede, mereka tidak hanya membawakan tarian tapi juga berinteraksi dengan penjual dan pengunjung pasar. "Interaksi ini yang menarik," kata Boby  Ari Setyawan.
 
Selain Pasar Gede,  para penari  juga berinteraksi dengan masyarakat, di antaranya di Kampung Batik Kauman, Mal Solo Paragon, dan Balai Kota Surakarta. "Konsepnya membaca ruang, bagaimana pertunjukan itu tidak terbatas dan Solo punya potensi lain untuk menjadi ruang terbuka pertunjukan tari," kata Bobby.
 
Ratusan penari dari penari keraton, penari sanggar, pecinta tari, dan penikmat tari tersebut bukan hanya penari dewasa. Banyak juga di antaranya penari cilik yang memainkan tokoh Anoman.  Di sepanjang jalan, teriakan khas binatang monyet mereka suarakan, sehingga menambah penampilan makin atraktif. Para penonton di sepanjang Jalan Slamet Riyadi terhibur dengan penampilan para penari tersebut.
 
 

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Solo Menari, citra Kota Budaya dan upaya menggerakkan ekonomi kreatif