Dinas Pertanian Kulon Progo mendukung kegiatan koasistensi FKH UGM

id Kulon Progo,Puskeswan,FKH UGM

Dinas Pertanian Kulon Progo mendukung kegiatan koasistensi FKH UGM

Mahasiswa FKH UGM koas di Kabupaten Kulon Progo. (ANTARA/HO-Dokumen Dinas Pertanian Kulon Progo)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendukung  kegiatan koasistensi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM di wilayah ini untuk mencetak dokter hewan yang berkualitas.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Drajad Purbadi di Kulon Progo, Selasa, mengatakan mahasiswa koas yang dikirim ke DPP, dapat dibagi ke dalam dua kelompok tergantung dari jumlah mahasiswa yang dikirim.

"Kulon Progo dipilih karena lokasinya tidak terlalu jauh dari UGM, terdapat puskeswan di masing-masing kapanewon dengan total 12 puskeswan, dan terdapat banyak kasus menarik yang dapat dipelajari mahasiswa koas FKH UGM," kata Drajad.

Ia mengatakan dua pembelajaran yang sering dilakukan bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo adalah koasistensi interna besar dan koasistensi reproduksi. Di antara keduanya, yang paling sering diminta oleh pihak FKH UGM adalah koasistensi interna besar.

Dalam koasistensi interna besar, diharapkan para mahasiswa koas dapat mempelajari kasus-kasus kesehatan hewan yang terjadi pada hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi.

Kemudian, koasistensi FKH UGM dibagi dua kelompok. Kelompok satu ditempatkan di UPT pelayanan kesehatan hewan wilayah utara, wilayah yang diampu antara lain Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Nanggulan, Kokap, dan Sentolo.

Selanjutnya, kelompok dua ditempatkan di UPT pelayanan kesehatan hewan wilayah selatan, dengan wilayah yang diampu antara lain Temon, Panjatan, Wates, Pengasih, Galur, dan Lendah.

Tantangan mahasiswa koas di wilayah utara berbeda dengan yang di selatan. Wilayah utara cenderung memiliki medan yang ekstrem, daerah pegunungan dengan jalan yang menanjak dan menurun tajam, sering kali melewati daerah dengan jalan tanah, berbatu, atau licin akibat lumut. Di daerah pegunungan pun, kebanyakan masyarakat memelihara kambing dan domba.

Wilayah selatan cenderung memiliki medan yang landai, dengan area lalu lintas padar, persawahan dan pantai. Beberapa daerah sering mengalami banjir ketika musim hujan.

Masyarakat cenderung lebih kritis, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa koas dalam mengedukasi dan memberikan pemahaman. Masyarakat cenderung lebih suka memelihara sapi, walaupun banyak juga yang memelihara kambing dan domba.

"Setelah pembagian kelompok, mahasiswa koas tadi akan mengikuti rangkaian kegiatan harian dari puskeswan yang ditunjuk. Biasanya mahasiswa koas mengikuti kegiatan dari pagi hingga sore, atau bahkan malam hari ketika banyak kasus yang muncul di hari tersebut," katanya.

Drajad mengatakan kasus yang ada pun cukup beragam. Tidak hanya soal kesehatan interna besar hewan ternak, mahasiswa koas dituntut untuk menangani kasus reproduksi atau interna kecil hewan kesayangan jika ada.

Tidak hanya belajar secara praktik, mahasiswa koas dituntut untuk membuat sebuah karya tulis mengenai kasus yang ditemui selama masa koasistensi.

Mahasiswa koas tersebut harus bisa anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratoriun jika ada dan bisa, membuat diagnosa sementara, lalu menentukan penanganan yang perlu dilakukan.

"Setelah itu, mahasiswa koas tersebut wajib mengamati kondisi hewan yang sudah ditangani tersebut hingga sembuh. Semua yang dilakukan tersebut, dituangkan dalam karya tulis yang nanti dilaporkan ke FKH UGM," katanya.