Yogyakarta targetkan penyerapan minimal danais Rp6 miliar

id pemkot

Yogyakarta targetkan penyerapan minimal danais Rp6 miliar

Pemda Kota Yogyakarta (Istimewa)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta menargetkan penyerapan minimal dana keistimewaan pada 2014 mencapai Rp6 miliar atau sekitar 50 persen dari total dana yang dikelola sebesar Rp12,1 miliar.

"Sudah ada kegiatan yang kami rencanakan, berupa kegiatan fisik dan nonfisik," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Eko Suryo Maharso di Yogyakarta, Rabu.

Sejumlah kegiatan nonfisik yang direncanakan di antaranya adalah menggelar Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) yang menjadi bagian dari FKY DIY, menggelar kegiatan "Rindu Jogja" untuk memeriahkan hari jadi Kota Yogyakarta pada 7 Oktober, mengikuti misi kesenian bersama DIY ke NTB dan Lampung, dan pentas ketoprak tobong secara rutin.

Seluruh kegiatan tersebut, lanjut Eko, digelar dalam skala besar sehingga gaungnya dirasakan oleh seluruh masyarakat.

"Kami tidak hanya membuat kegiatan yang hanya diibaratkan sebagai riak-riak kecil, tetapi kegiatan yang bisa menjadi sebuah gelombang besar," kata Eko.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menganggarkan dana sebesar Rp1 miliar untuk menggelar FKY yang mengambil lokasi di utara Plengkung Gading dan Ndalem Gamelan. "Kami akan ubah suasana di utara Plengkung Gading itu layaknya sebagai sebuah pasar malam. Ada kuliner dan panggung kesenian," katanya.

Sedangkan untuk kegiatan Rindu Jogja, dianggarkan dana sebesar Rp1,5 miliar. "Di dalam kegiatan itu, akan ditampilkan sejumlah seniman yang dibesarkan di Yogyakarta," katanya.

Sementara itu, untuk misi kesenian dianggarkan dana Rp500 juta dan pentas ketoprak tobong yang akan digelar rutin di pasar seni dan kerajinan XT-Square mulai Oktober dianggarkan sebesar Rp1,5 miliar.

"Khusus untuk pentas ketoprak tobong, kami akan siapkan panggung yang cukup megah dilengkapi dengan berbagai kebutuhan panggung. Pentas akan digelar setiap malam secara bergiliran dari kelompok ketoprak yang ada atau dari kecamatan," katanya.

Sedangkan untuk kegiatan fisik, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta akan melakukan rehabilitasi di setidaknya tujuh bangunan warisan budaya yang kondisinya sudah memprihatinkan.

"Kegiatan rehab ini dianggarkan Rp8 miliar. Namun, kami baru akan melakukan perbaikan di atap bangunan sehingga dana yang dibutuhkan berkurang menjadi sekitar Rp2 miliar hingga Rp3 miliar," katanya.

Eko menyebut, proses rehabilitasi bangunan harus dilakukan secara hati-hati agar hasil perbaikan sesuai dengan kondisi aslinya. "Kami coba gambar secara detail sehingga pihak ketiga yang melakukan pekerjaan tidak bekerja asal-asalan. Detil selebar satu centimeter pun kami gambar," katanya.

Eko menambahkan, pihaknya juga mengusulkan pembelian bangunan cagar budaya atau bangunan di kawasan cagar budaya. Harga bangunan bervariasi dari Rp1 miliar hingga Rp20 miliar.

Salah satu bangunan yang diusulkan adalah bangunan di simpang empat Tugu, dan bangunan peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang berada di Bintaran.

"Bangunan di Bintaran itu bisa dimanfaatkan sebagai `multifunction house` seperti untuk kegiatan makan malam, atau bekerja sama dengan hotel sekitar dan menjadikan beberapa kamar sebagai `suite room`. Saya kira, ini menarik karena akan banyak diminati turis asing," katanya.

Jika usulan itu dikabulkan, lanjut Eko, total penyerapan dana keistimewaan di Yogyakarta bisa mencapai 100 persen.

Pada tahun depan, Eko mengatakan, akan lebih banyak menggandeng berbagai kelompok, komunitas dan paguyuban seni dan budaya untuk pemanfaatan dana keistimewaan.

(E013)

 
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024