BPBD droping air bersih di Prambanan

id bpbd droping air

BPBD droping air bersih di Prambanan

Ilustrasi (Foto Antara)

Sleman (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta akan melakukan bantuan "droping" air bersih untuk menanggulangi kekeringan 11 dusun di Kecamatan Prambanan pada pekan depan.

"Bantuan berupa `droping` air bersih mulai disalurkan pada 20 September," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Julisetiono DW, Jumat.

Menurut dia, di wilayah Kecamatan Prambanan terdapat enam desa dan 68 dusun. "Saat ini yang sudah dilayani sistem pengairan ada 28 dusun, rencana yang akan dilakukan `droping` air 11 dusun. Jumlah ini turun dibanding pada 2013 yang mencapai 16 dusun yang harus di pasok air bersih," katanya.

Menurut dia, jumlah dusun yang perlu droping air turun karena ada tambahan sambungan pipa air rumah yang mencapai lebih dari 150 rumah. "Kami upayakan akan ada sambungan baru," katanya.

Ia mengatakan, selain itu pihaknya juga berupaya meningkatkan kapasistas Organisasi Pengguna Air (OPA) untuk melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih.

"Pemkab Sleman akan memfisilitasi penyambungan listrik dari PLN di sumber air Mejasem Sambirejo untuk menggantikan tenaga penggerak pompa air dari yang sebelumnya menggunakan `generator set` dengan bahan bakar solar," katanya.

Julisetiono mengatakan, pihaknya juga telah menyiapkan dua unit pompa air baru untuk mengantisipasi jika terjadi kerusakan.

"Jadi jika sewaktu-waktu pompa air rusak bisa langsung diganti dan tidak perlu menunggu perbaikan yang memakan waktu lama," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sekitar 100 tanki air bersih untuk disalurkan ke wilayah kekeringan di Prambanan.

"Namun mungkin jumlah ini masih kurang, sehingga kami masih mengharapkan peran serta dari dunia usaha maupun donatur untuk bisa menyumbangkan bantuan air bersih," katanya.

Seperti diberitakan, sejumlah warga di Dusun Nglakap, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta terpaksa menggunakan air endapan batu tebing yang terkumpul pada cerukan akibat kekeringan yang terjadi pada musim kemarau ini.

"Saat ini sumur dan sumber mata air sudah mengering semua, sehingga kami harus menggunakan air dari endapan batu tebing ini," kata salah satu warga Dusun Nglakap, Irin, Senin.

Menurut dia, air yang diambil dari cerukan dan berwarna keruh tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memberi minum ternak. "Setiap dua hingga tiga hari sekali warga mengambil air cerukan batu di bawah tebing yang terletak di sisi selatan dusun," katanya.

Ia mengatakan, cerukan tanah tersebut sengaja dibuat oleh beberapa warga untuk mengendapkan air yang meresap dari celah batu tebing.

"Cerukan tersebut saat ini menjadi satu-satunya harapan warga untuk mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," katanya.

Irin mengatakan, kondisi air dari cerukan ini juga tidak sebersih air dari sumur dan air pam milik warga.

"Namun warga juga tidak bisa berbuat banyak, kondisi sumur yang kering dan air pam yang mati membuat warga memanfaatkan air yang berasal dari cerukan," katanya.

Ia mengatakan, kondisi kekeringan yang melanda wilayah ini sudah terjadi sejak dua bulan terakhir.

"Ini sangat menyulitkan warga, jika memiliki uang warga harus membeli air dari tanki swasta yang harganya cukup tinggi. Warga yang berjumlah sekitar 110 jiwa ini hanya bisa berharap agar pemerintah daerah dapat mengoptimalkan kembalu pipa saluran air agar dapat dialiri air kembali," katanya.

Hal serupa dialami warga di Dusun Gunung Sari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, juga mulai dilanda kekeringan sehingga mereka mulai menggunakan air tabungan yang ditampung dari air hujan musim lalu.

"Saat ini warga mencoba bertahan dengan membeli air jeriken atau dari tanki swasta. Beberapa warga bahkan mulai menggunakan air tabungan dari hujan musim lalu," kata warga Dusun Gunung Sari, Sambirejo Poniman.

Menurut dia, warga sangat mengharapkan adanya "droping" air dari pemerintah karena untuk membeli air bersih dirasa sangat berat.

"Harga satu tanki air bersih dengan kapasitas 5.000 liter mencapai Rp110 ribu dan kadang bisa lebih. Sedangkan pipa jaringan air saat ini banyak yang rusak sehingga tidak bisa mengalirkan air hingga di dusun ini," katanya.

Ia mengatakan, kekeringan tersebut juga mengakibatkan tanaman di ladang maupun pekarangan banyak yang mati.
"Hutan di sekitar dusun juga sudah kering dan meranggas," katanya.

Poniman mengatakan, selain untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, air bersih juga digunakan untuk memberi minum hewan ternak. "Ternak sapi dan kambing juga butuh air, sekarang kondisinya sudah kering semua, sehingga pakan ternak maupun air bersih sudah sulit didapat," katanya.

(V001)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024