Pemkab ajukan anggaran percepatan penyelesaian pemecah ombak

id pemecah

Pemkab ajukan anggaran percepatan penyelesaian pemecah ombak

Pemecah ombak Pelabuhan Tanjung Adikarta di Kabupaten Kulon Progo (Foto kulonprogokab.go.id)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengajukan anggaran kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp380 miliar untuk percepatan penyelesaian pemecah ombak sisi kanan dan kiri Pelabuhan Tanjung Adikarto.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKPP Kulon Progo Prabowo Sugondo di Kulon Progo, Kamis, mengatakan pemecah ombak sebagian ambles ke laut dan perlu perpanjangan.

"Kami sudah mengajukan anggaran kepada Kemterian PU-PR, hingga saat ini belum ada jawaban. Kami berharapan, Kementerian PU-PR berkenan menganggarkan penyelesaian pemecah ombak Tanjung Adikarto," katanya.

Menurut Prabowo, bila pemecah ombak tidak diperbaiki dan diselesaikan akan membayakan bagi pelayaran. Banyaknya tripot yang berserakan di laut bisa menyebabkan kapal bocor, bahkan kapal tempel hancur.

"Selama ini, nelayan di Karangwuni dan Glagah mengeluhkan tripot-tripot pemecah ombak yang berserakan, sehingga membahayakan bagi mereka," kata dia.

Seorang nelayan Karangwuni, Afandi, mengatakan setiap tahunnya ada dua sampai tiga kapal yang rusak karena membentur tripot Tanjung Adikarto yang ambles ke laut.

"Pemecah gelombang itu kunci utama sebuah pelabuhan. Pembangunan pemecah ombak ini dilakukan secara bertahap, sehingga tripot-tripot yang tertata ambles diterjang ombak. Kami berharap, pemecah ombak segera diselesaikan karena membahayakan keselamatan nelayan," katanya.

Menurut dia, pengerukan pasir di muara Sungai Serang kurang bermanfaat bagi nelayan. Selama pemecah ombak tidak diselesaikan, pasir dari laut dan sungai akan terus menumpuk.

"Hal yang terpenting adalah penyelesaian pemecah ombak. Selain menumpuk pasir, muara Tanjung Adikarto banyak berserakan batu-batu," katanya.

Hal yang sama diungkapkan anggota Kelompok Nelayan Ngudi Mulyo, Puji Waluyo.

Ia mengatakan bangunan pemecah gelombang menjadi kendala bagi nelayan karena perahu tidak dapat masuk dan keluar pelabuhan.

Setiap berangkat dan kembali melaut, katanya, perahu nelayan mendarat di pantai dengan mengerahkan tenaga pendorong.

Di kawasan dermaga sudah dilengkapi fasilitas pendukung, seperti kolam pelabuhan, bangunan tempat pelelangan ikan, perbekalan, dan perkantoran.

"Fasilitas pendukung yang sudah ada hanya sia-sia jika pembangunan pemecah gelombang tidak dilanjutkan. Sudah belasan perahu nelayan mengalami kecelakaan yang mencoba melewati jalur keluar masuk pelabuhan," kata Puji.

KR-STR
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024