Muhammadiyah dorong pendakwah progresif tangkal ajaran menyimpang

id Haedar Nashir

Muhammadiyah dorong pendakwah progresif tangkal ajaran menyimpang

Anggota keluarga menunjukkan foto Diah Ayu Yulianingsih warga Ngemplak, Sleman, yang meninggalkan rumah sejak 11 Desember 2015. Diah Ayu diduga meninggalkan keluarga akibat pengaruh Gafatar. (Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto)

Jogja (Antara) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mendorong para pendakwah lebih progresif menangkal berbagai ajaran menyimpang di tengah masyarakat yang disebarkan oleh kelompok atau organisasi tertentu.

"Ini menjadi momentum bagi para pendakwah (da`i) untuk lebih progresif mencerdaskan masyarakat dengan mengajarkan ilmu agama secara menyeluruh," kata Haedar di Yogyakarta, Selasa, menanggapi kasus beberapa warga Yogyakarta yang menghilang karena direkrut oleh organisasi massa Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Menurut Haedar, apabila ditelusuri lebih dalam, hingga saat ini diperkirakan masih banyak organisasi-organisasi sempalan yang mengatasnamakan Islam dengan ajaran yang menyimpang.

"Masih banyak kecil-kecil namun ada yang melakukan gerakan terang-terangan, ada yang memilih gerakan bawah tanah," kata dia.

Ormas atau kelompok sejenis itu, kata Haedar, biasanya muncul dan berkembang ketika situasi negara sedang mengalami titik perubahan akibat pengaruh globalisasi.

"Pengaruh atau cuci otak kelompok seperti itu pertama-tama ditujukan khususnya pada orang-orang yang mengalami situasi labil, serta orang yang termarginalkan," kata dia.

Oleh sebab itu, menurut dia serangan paham-paham menyimpang yang marak muncul akhir-akhir ini lebih efektif jika ditangkal dengan gerakan kultural yang mengutamakan upaya mencerdaskan masyarakat.

"Alam pikir masyarakat perlu dicerdaskan sehingga tidak mudah terpengaruh dengan doktrin-doktrin yang menyimpang," kata dia.

Sementara itu, ketua bidang hukum PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas meminta pemerintah agar tidak setengah hati dalam mengusut aktivitas organisasi Gafatar yang disebut telah merekrut banyak orang dan mengajak mereka eksodus meninggalkan sanak keluarganya.

"Karena (gerakannya) sudah masif, maka pemerintah perlu melakukan operasi sistemik dan dilakukan pembongkaran secara fundamental," kata dia.

Seperti diberitakan, dokter Rica Tri Handayani bersama anaknya Zafran Alif Wicaksono dilaporkan hilang sejak 30 Desember 2015. Dokter muda itu dikabarkan meninggalkan keluarganya karena direkrut oleh organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Akhirnya mereka dijemput oleh kepolisian di Bandara Kota Waringin Barat, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Selain dokter Rica, Diah Ayu Yulianingsih warga Ngemplak, Sleman, yang dikabarkan meninggalkan rumah sejak 11 Desember 2015. Diah Ayu juga diduga meninggalkan keluarga akibat pengaruh Gafatar yang diduga bermarkas di Kalimantan Barat tersebut.

(L007)
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024