Bantul kembangkan kawasan penghijauan penghasil ulat sutera

id ulat sutera

Bantul kembangkan kawasan penghijauan penghasil ulat sutera

Lokasi pengembangan kawasan tanaman ulat sutera di Bantul, DIY (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (ANTARA Jogja) - Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan kawasan penghijauan di wilayah dataran tinggi Desa Karangtengah, Kecamatan Imogiri, sebagai lokasi pembudidayaan ulat sutera alam.

"Sesuai amanah dari Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun, bahwa lahan seluas 60 hektare di sini akan dikembangkan sebagai kawasan penghijauan untuk budi daya ulat sutera," kata Koordinator kawasan penghijauan ulat sutera Desa Karangtengah, Jumadi Sunardi Prasetyo di Bantul, Rabu.

Menurut dia pengembangan kawasan budi daya ulat sutera ini sudah dicanangkan sejak 2005 lalu, akan tetapi mulai berjalan sejak 2006 lalu, setelah terjadi gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya.

Ia mengatakan sementara tanaman penghijauan sebagai media untuk membudi dayakan ulat sutera yakni jambu mete, mahoni, kedondong, alpukat dan beberapa murbei. Pengembangan kawasan ini juga bekerja sama dengan salah satu perusahaan dari Jepang.

"Pada intinya sudah ada kesepakatan MoU antara pemilik tanah (Tanah Sultan) dengan investor Jepang, bahwa media tanam penghasil sutera disediakan dari investor, karena nanti hasilnya juga akan dibeli, kami dengan masyarakat yang mengelola," katanya.

Menurut dia, dari sasaran luasan 60 hektare, saat ini baru dikembangkan pada lahan seluas 12 hektare yang telah ditanami berbagai pohon dan lokasi penghijauan tersebut telah memilih di titik strategis, sehingga diharapkan dapat menghasilkan.

"Untuk penampakan ulat sutera butuh waktu tiga sampai empat tahun setelah pohon ditanam dalam siklus tahunan, jadi sejak 2006 sampai 2012 ini baru ada tiga kali penampakan, yakni pada 2008, 2009 dan 2011 itu pun tidak semua pohon," katanya.

Menurut dia, dari semua pohon sebagai media ulat sutera yang saat ini sudah sebanyak sekitar 11.000 pohon, hanya sekitar sampai 1.000 sampai 1.500 pohon yang diserang ulat sutera.

"Penampakan ulat sutera itu musimnya tidak tentu, namun biasanya terjadi saat musim disela pascapanen dengan musim tanam, bisa padi, bisa kacang tanah atau petani biasa menyebut `pedatan mareng`," katanya.

Ia mengatakan, Budi daya ulat sutera dimaksudkan untuk menghasilkan benang sutera sebagai bahan baku pertekstilan, bahan ini nantinya yang diekspor ke Jepang melalui perusahaan tekstil milik GKR Pembayun yang berlokasi di Yogyakarta.

"Beliau (GKR Pembayun) menginginkan lahan ini nantinya sebagai penghasil ulat sutera, sehingga bisa memberikan lapangan pekerjaan bagai masyarakat setempat. Saat ini setidaknya sudah ada 300 petani yang membudidayakan ulat sutera di tanah sultan," katanya.

(KR-HRI)