"Konservasi air diperlukan khususnya di kubah lahan gambut," kata Azwar dalam Rountable Discussion mengenai "Solusi Kebakaran Hutan dan Lahan serta Dampak Perubahan Iklim" di Gedung Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, konservasi air di kubah gambut berguna untuk menjaga wilayah hutan gambut tetap basah kendati di musim kemarau. Apalagi, terus berlangsungnya proses evaporasi (penguapan) selama kebakaran telah membuat kondisi lahan semakin kering.
Selain itu, air juga bermanfaat untuk menjaga vegetasi rerumputan di kawasan lahan gambut tetap hidup sebagai sumber oksigen di kawasan itu. "Karena akar masalahnya itu, kalau itu tidak ada yang tidak akan selesai," kata dia.
Ia mengatakan karena pusat keberadaan sumber air ada di rawa-rawa yang berlokasi di bawah kawasan lahan, maka diperlukan sistem pompanisasi melalui pipa-pipa saluran yang didesain secara tertutup, menyerupai pipa penyaluran BBM yang dimiliki PT Pertamina.
"Dengan lorong (pipa) tertutup maka air bisa memiliki power naik ke atas, seperti selang Pertamina yang mampu mencapai ratusan kilo meter dengan medan yang naik turun," kata dia.
Sementara itu, Ketua IABI yang juga pakar perubahan iklim UGM, Prof. Sudibyakto mengatakan pemicu kebakaran lahan gambut selain disebabkan pembakaran secara sengaja, juga didukung dengan kondisi iklim kering yang dipengaruhi oleh masih menguatnya efek Elnino.
"Faktor iklim tetap perlu dilihat sebara jauh memberikan sumbangan terhadap kondisi alam yang antara lain memicu kebakaran," kata dia.***4***
(L007)