Bantul pastikan 4.882 ijazah tertahan diserahkan siswa

id ijazah

Bantul (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan sebanyak 4.882 ijazah yang tertahan di sekolah menengah atas dan menengah kejuruan karena tunggakan biaya pendidikan, diserahkan kepada siswa yang bersangkutan.

"Hari ini secara simbolis penyerahan ijazah yang dilepas ke 10 siswa dan akan diikuti penyerahan seluruh ijazah kepada sekitar 4.882 siswa," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Menengah Nonformal Bantul, Masharun Ghozalie usai upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Bantul, Senin.

Menurut dia, sebanyak 4.882 ijazah SMA/SMK tersebut tertahan di sekolah masing-masing, karena pada saat pengumuman kelulusan tidak dibawa pulang siswa bersangkutan. Ijazah tersebut terdiri dari ijazah SMK sebanyak 4.267 ijazah dan SMA sebanyak 615 ijazah.

Ia mengatakan, ijazah tersebut tertahan di sekolah karena memang sebagian orang tua siswa bersangkutan tidak mampu membayar tunggakan biaya pendidikan, juga ada yang sengaja tidak mengambil terutama dari SMK karena merasa tidak diperlukan dalam dunia kerja.

"Namun hari ini sebanyak 4.882 ijazah sudah dilepas dan diserahkan ke tangan siswa, sekolah tidak perlu (menahan) dengan dalih dititipi. Untuk urusan administrasi (pembayaran tunggakan) itu persoalan nanti," katanya.

Masharun mengatakan, untuk membebaskan ribuan ijazah yang tertahan di sekolah karena tunggakan biaya pendidikan itu, pemerintah daerah melalui APBD Perubahan Bantul 2016 menyiapkan anggaran sebesar Rp4,2 miliar untuk `menebus` surat keterangan kelulusan tersebut.

"Awalnya data kasarnya tunggakan biaya pendidikan sebesar Rp12 miliar, namun setelah saya rapatkan bersama kepala bidang turun menjadi Rp8 miliar, dan data terakhir setelah dipastikan, jumlah tanggungan siswa di sekolah sebesar Rp4,22 miliar," katanya.

Ia juga mengatakan, biaya tunggakan siswa di sekolah yang mengalami penurunan tersebut diketahui setelah dilakukan pengecekan di lapangan, ada siswa yang benar-benar tidak mampu membayar, kemudian siswa yang akan diusahakan, serta siswa yang mampu membayar.

"Setelah diteliti ada siswa yang tidak mampu, kemudian ada yang bisa diajak rembugan juga ada siswa yang akhirnya membayar dan mengambil. Dan ternyata tingkat sosial ekonomi antara siswa SMK dan siswa SMA lebih mampu siswa SMA," katanya.
KR-HRI