BPCB Yogyakarta tentukan detail situs Candi Palgading

id candi

BPCB  Yogyakarta tentukan detail situs Candi Palgading

Petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta mulai melakukan pemugaran situs budaya Candi Palgading di Sleman. (Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto)

Sleman (Antara Jogja) - Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta mulai menentukan detail lokasi dan ketinggian situs sejarah budaya Candi Palgading di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.

"Kami terus berkoordinasi dengan staf ahli untuk menentukan ketinggian serta posisi tepatnya bangunan Candi Palgading yang sedang dipugar," kata Ketua Unit Kerja Pemugaran BPCB Yogyakarta Indung Panca Putra di Sleman, Jumat.

Menurut dia, koordinasi ini dilakukan supaya aspek teknisnya bisa menyesuaikan dengan aslinya, yang juga telah dilakukan para ahli terdahulu saat mendirikan situs tersebut.

"Evaluasi dan koordinasi dengan staf ahli terus dilakukan agar tidak ada keragu-raguan dalam menentukan keaslian ketinggian serta posisi candi karena memugar candi itu tidak bisa diulang," katanya.

Ia mengatakan para staf ahli saat ini sedang mengumpulkan data ketinggian dengan ukuran meter di atas permukaan laut (mdpl), kemiringan tanah, serta posisi tepatnya seperti bangunan awal.

"Kami samakan hingga sedetail itu karena tidak sembarangan nenek moyang kita dalam membangun candi. Mereka punya ahli arsitek, sipil, dan supranatural," katanya.

Indung mengatakan hal itu dapat dilihat dari kemiringan tanah, bangunan setiap candi memiliki kemiringan antara 3 hingga 4 sentimeter untuk drainase atau jalan keluar air hujan.

"Kondisi atau jenis tanah di bawah candi pun ditentukan, yaitu dari tanah liat yang licin jika terkena air serta mempunyai kandungan oksigen yang tinggi. Tanah Brahmana yang dicari. Oksigen tinggi dan mampu menanggung beban. Mereka (nenek moyang) menggali tanah, kemudian disiram dengan air. Ditunggu apakah cepat atau tidak peresapannya," katanya.

Kemudian arah hadapnya, candi juga memiliki ketentuan tersendiri. Sama seperti orang Islam ketika membangun masjid, disesuaikan dengan arah kiblat.

"Arah hadapnya ke utara bumi atau magnetik. Itu simbolik penghormatan ke dewa-dewa," katanya. 
V001
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024