Perajin batik nitik Trimulyo terkendala pemasaran

id batik

Perajin batik nitik Trimulyo terkendala pemasaran

ilustrasi. (Foto ANTARA/Rika Permatasaro/ags/16) ()

Bantul (Antara Jogja) - Paguyuban Perajin Batik Nitik Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkendala pemasaran produk kerajinan itu sehingga pendapatannya belum maksimal.

"Untuk pemasaran kita masih terkendala, karena sementara ini batik dipasarkan melalui tangan kedua dan belum langsung ke tangan konsumen," kata Ketua Paguyuban Perajin Nitik Desa Trimulyo Iswanto di Bantul, Jumat.

Menurut dia, kerajinan batik nitik produksi paguyuban selama ini ditampung pengepul atau pedagang besar yang sudah jadi mitra bisnisnya untuk kemudian dijual kembali ke pihak lain maupun konsumen.

Ia mengatakan paguyuban yang mewadahi 20 pembatik dari penduduk setempat ini setiap bulan dapat memproduksi sekitar 25 sampai 30 lembar, sebab per lembarnya butuhkan waktu minimal tiga minggu.

"Semua produk batik paguyuban terserap pasar, namun itu tadi, hanya ke pengepul, dari pengepul mungkin ada pihak lain sebelum ke tangan konsumen," kata Iswanto.

Menurut dia, terkendalanya pemasaran dan belum sampai ke konsumen langsung karena batik nitik yang diproduksinya baru setengah jadi dan belum sampai pada tahap pewarnaan karena kemampuan anggota baru sampai membatik.

"Pengepul ambil setengah jadi yang kemudian diwarna, kami memang tidak mampu melakukan pewarnaan sendiri karena perlu sumber daya manusia (SDM) khusus. Proses pewarnaan ini yang jadi kendala," katanya.

Ia mengatakan, pihak pengepul mengambil batik yang belum dilakukan pewarnaan dengan harga Rp500 ribu sampai Rp600 ribu, sedangkan ketika sudah selesai batik dipasarkan dengan harga Rp800 ribu sampai Rp1 juta per lembar.

"Seharusnya kalau bisa pewarnaan sendiri pendapatan bisa maksimal, karena bisa langsung ke konsumen. Apalagi permintaan batik nitik ini tinggi, namun produksi hanya sesuai kemampuan," katanya.

Menurut dia, kerajinan batik nitik berbagai motif pakem yang diproduksinya diketahuinya dipasarkan melalui toko di kota-kota besar termasuk wilayah Yogyakarta, sebab peminatnya dari kalangan ekonomi atas.

"Batik yang beredar di kota seperti di Yogyakarta besar kemungkinan dari sini setelah diwarna, bahkan mungkin sampai diekspor ke luar negeri," katanya.
(KR-HRI)
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024