Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Kelompok produsen pupuk organik di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 8.400 ton per tahun sehingga mampu mencukupi kebutuhan kelompok.
Ketua Asosiasi Produsen Pupuk Organik (Asproponik) Menoreh Aji Kulon Progo Tri Kuncoro Wahyu Jatmiko di Kulon Progo, Minggu, mengatakan selama dua tahun terakhir, produksi pupuk organik di wilayah Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan cukup tajam.
"Saat ini jumlah produksi mencapai sekitar 700 ton setiap bulan. Dibanding 2008 lalu dengan jumlah produksi sekitar 300 ton, maka tahun ini meningkat lebih dari 100 persen," kata Kuncoro.
Ia mengatakan jumlah ini baru yang terdata dari anggota Asproponik sehingga sangat mungkin jumlahnya lebih besar lagi karena masih cukup banyak produsen yang belum masuk asosiasi sehingga jumlah produksinya belum bisa disata.
Hal ini dikarenakan, sebagian besar produsen pupuk organik di Kulon Progo adalah kelompok tani atau gabungan kelompok tani (apoktan) yang lokasinya tersebar di 12 wilayah kecamatan.
"Kemampuan masing-masing kelompok berbeda-beda, sehingga jumlah produksinya belum merata. Yang paling besar adalah di Galur, Sentolo dan Panjatan," kata Kuncoro.
Menyinggung masalah bahan dasar, Kuncoro menjelaskan, sebagian besar kelompok menggunakan kotoran sapi, terutama bagi produsen di daerah bawah. Sedang di wilayah perbukitan Menoreh beberapa produsen menggunakan bahan kotoran kambing peranakan etawa karena di wilayah itu populasi kambing jenis sangat banyak.
"Bahan dasar pupuk organik berbeda, harga jual pupuknya pun lain. Untuk bahan dasar kotoran sapi harganya Rp500,-, sedang kotoran kambing Rp700,-. Itu harga di tempat," katanya.
Terkait kiprah Asproponik Menoreh Aji ke depan, Kuncoro mengatakan, pengurus akan melakukan peningkatan dan standardisasi kualitas produk. Disamping itu, Menoreh Aji akan melakukan sosialisasi penggunaan pupuk organik kepada petani serta perluasan pemasaran.
Saat ini, tutur Kuncoro, minat petani Kulon Progo untuk menggunakan pupuk organik masih relatif rendah. Mereka lebih suka menggunakan pupuk kimia karena lebih praktis dan hasilnya lebih cepat bisa dilihat.
"Kondisi lahan pertanian sakarang sangat memerlukan pupuk organik yang berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kandungan organiknya," katanya. ***3***
(U.KR-STR)
Berita Lainnya
Yogyakarta memperoleh danais Rp100 juta per kelurahan untuk olah sampah
Kamis, 22 Februari 2024 1:28 Wib
Plasma ozon mampu tingkatkan kualitas produk
Jumat, 24 November 2023 6:59 Wib
Kabupaten Sleman menuju daerah lumbung pangan sehat
Selasa, 21 November 2023 13:08 Wib
Pemkab Gunungkidul serahkan bantuan alat pembuat pupuk organik kepada peternak
Selasa, 24 Oktober 2023 15:01 Wib
Pulau organik Bali jadikan lebih mahal di kalangan turis
Jumat, 20 Oktober 2023 6:36 Wib
Sleman meluncurkan pengembangan pertanian organik berbasis komunitas
Rabu, 18 Oktober 2023 21:38 Wib
Ganjar-Jimmy Hantu Foundation bahas pangan
Jumat, 13 Oktober 2023 6:57 Wib
Pemkab Bantul ajak masyarakat gunakan barang produk kerajinan bambu
Senin, 2 Oktober 2023 13:27 Wib