Wisata berbasis masyarakat berkembang di Kulon Progo

id Wisata berbasis masyarakat

Wisata berbasis masyarakat berkembang di Kulon Progo

Kebun Teh Nglinggo Kabupaten Kulon Progo, DIY. (FOTO ANTARA/Mamiek) (FOTO ANTARA/Mamiek/)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Sebanyak 88 destinasi wisata baru berbasis masyarakat muncul dan berkembang pesat di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam waktu tiga tahun terakhir.
     
Kabid Pemberdayaan Pariwisata Dinas Pariwisata Kulon Progo Sujarwo di Kulon Progo, Rabu, mengatakan objek wisata yang dikelola masyarakat berkembang cepat, karena masyarakat sudah cerdas dalam memetakan potensi lokal yang bisa dikelola dan dikembangkan.
     
"Objek wisata baru, paling banyak dikembangkan di kawasan Bukit Menoreh. Masyarakat cepat menangkap peluang mensikapi pembangunan Bandar Udara Baru Internasional Yogyakarta dan KSPN Borobudur," katanya.
     
Ia mengakui objek wisata baru ini berkembang pesat di Kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh yang mencapai 75 persen wisata baru.
     
Dinas Pariwisata akan membuat program "live in desa" untuk mendukung objek wisata yang berbasis masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, Dispar memberikan sertifikasi pemandu wisata kepada 40 orang yang terdiri dari 25 orang bagi pelaku desa wisata, dan 15 orang pemandu umum. 
     
Pemandu umum ini yang akan melakukan berbagai kegiatan di luar dalam rangka mempromosikan wisata yang dikembangkan masyarakat. Pemandu desa wisata akan mengelola manajemen pelayan hingga promosi internal.
   
"Adanya NYIA dan KSPN Borobudur, tidak hanya eksekutif saja yang siap, tapi masyarakat juga sudah siap. Mudah-mudahan, Badan Otorita Borobudur dalam mengemas wisatawan menuju Borobudur bisa melewati bedah menoreh, yang banyak pilihan potensi wisata," katanya.
   
Sujarwo mengatakan Dispar menggandeng ASITA melakukan identifikasi objek wisata yang ada di Kulo Progo. Datanya akan menjadi pedoman dalam membuat paket wisata yang akan dijual ke wisatawan supaya "live in".
     
"Untuk itu, Pemkab Kulon Progo menganggarkan untuk perbaikan sarana dan prasarana berupa toilet duduk karena wisatawan asing tidak bisa menggunakan toilet jongkok. Jadi kesiapan desa wisata mulai dari toilet dan pemandu sudah kami siapkan. Kami juga siapkan paket wisatanya," katanya.
   
Sementara itu. Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan pemkab tengah menyiapkan program "Bedah Menoreh", mulai dari membedah infrastruktur jalan, sektor pariwisata, perkebunan, moda transporasi, hingga membedah budaya.
     
"Kami berharap dengan adanya Bandara NYIA dan penyangga Kawasan Strategis Pembangunan Nasional Borobudur, Kulon Progo tidak sekadar tempat transit, tapi juga menjadi destinasi yang layak untuk wisatawan," kata Hasto.
     
Saat ini, lanjut Hasto, Pemkab Kulon Progo tengah membangun jalan dari Temon lokasi bandara menuju Borobudr melalui jalur Bedah Menoreh dari Temon - Kokap - Girimulyo - Samigaluh - Kalibawang - Borobudur (Jawa Tengah).
   
"Kami berusaha mengakses penyelesaian jalan Bedah Menoreh dari Pemda DIY dan Kementerian PUPR," kata Hasto.
     
Sektor pariwisata, lanjut Hasto, pemkab tengah mempersiapkan objek wisata di kawasan Bukit Menoreh dikelola secara profesional dan ramah bagi wisatawan. Ke depan, kawasan Bukit Menoreh menjadi kawasan penyangga KSPN Borobudur. Wilayah yang menjadi penyangga KSPN Borobudur yakni Kebun Teh Nglinggo-Tritis.
     
Di Kecamatan Girimulyo juga tumbuh objek wisata yang tidak kalah menenarik untuk dikunjungi. Sedikitnya, ada 15 objek wisata yang berkembang mulai dari gua, curug hingga dan wisata regiligi.
     
"Di sana, kami tengah menyiapkan infrastruktur dan masyarakat, serta pelaku wisata menjaga keindahan alam, sehingga menjadi wisata teh yang digandrungi wisatawan dari dalam negeri dan luar negeri," katanya.