Disdikpora Gunung Kidul gabungkan puluhan sekolah dasar

id sekolah dasar

Disdikpora Gunung Kidul gabungkan puluhan sekolah dasar

Ilustrasi. Empat siswa Sekolah Dasar Negeri Wonolagi Gunung Kidul semangat mengikuti USBN. (Foto ANTARA/Mamiek)

Gunung Kidul (Antaranews Jogja) -  Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan melakukan "regrouping" (gabungkan) puluhan sekolah pada tahun ajaran 2019/2020 karena kekurangan murid.
     
"Ada 27 sekolah yang akan diregrouping tersebar merata kesemua wilayah kecamatan,” kata Kabid SD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunung Kidul Sudia Marsita di Gunung Kidul, Senin.
   
Dia mengatakan total SD di Gunung Kidul ada 474 sekolag. Sementara setiap tahun terjadi penurunan jumlah pendaftar. Tahun ajaran baru nanti diperkirakan ada 8.600 siswa masuk sekolah dasar. Kebijakan regrouping sudah sesuai dengan aturan.
     
Saat ini Disdikpora tengah melakukan pendekatan terhadap puluhan sekolah dasar. Lembaga pendidikan dasar tersebut dinilai tidak efektif, karena kekurangan murid. Namun dari puluhan yang akan dilakukan regrouping ada sekolah yang gagal karena permintaan wali murid.
     
"Memang ada pro kontra dari kebijakan itu, kami akan melakukan pendekatan," katanya.
       
Sudia mengatakan ada beberapa SD yang menolak diregrouping. Salah satunya  SDN 3 Paliyan digabung dengan SDN Giring, jaraknya sekitar lima kilometer dari lokasi awal.
     
"Wali murid SDN 3 Paliyan menyampaikan empat opsi. Kami memilih opsi terakhir, berupa penundaan regrouping sampai siswa lulus semua," katanya.
     
Sementara itu, Kepala Sekolah pengampu SD Mulo 1, Wiji Utomo mengatakan jumlah siswanya ada 65 anak. Untuk sementara ini orang tua siswa belum setuju diregrouping dengan beberapa alasan, seperti pertimbangan jarak.
   
"Kalau kami mendukung program pemerintah kabupaten demi efisiensi anggaran dan demi didapatkannya hak-hak siswa untuk lebih banyak mendapat bekal ilmu pengetahuan,” katanya.
       
Anggota DPRD Gunung Kidul Ari Siswanto mengatakan pihaknya menyesalkan buruknya komunikasi yang dibangun Disdikpora. Hal terpenting sebelum sekolah digabung dikomunikasikan terlebih dahulu.
     
"Seharusnya ada komunikasi yang baik di era demokrasi seperti ini, namun itu tidak ada ada komunikasi, sehingga menyebabkan orang tua siswa resah," katanya.