DP3 Sleman minta gapoktan-pokdakan bijaksana dalam distribusi air

id Selokan Mataram,DP 3 Sleman,Kabupaten Sleman,Sleman

DP3 Sleman minta gapoktan-pokdakan bijaksana dalam distribusi air

Ilustrasi. Aliran Selokan Mataram di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman yang tidak teraliri air. ANTARA/ Victorianus Sat Pranyoto

Sleman (ANTARA) - Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, meminta kepada gabungan kelompok tani (gapoktan) maupun kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) bijaksana dalam distribusi air sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

"Kami minta baik itu petani sawah maupun petani ikan untuk arif dan berkomunikasi dalam distribusi air untuk sawah maupun kolam, sehingga tidak ada satu pihak yang dirugikan," kata Kepala Dinas Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Heru Saptono di Sleman, Senin.

Menurut dia, permintaan untuk ini juga terkait adanya penemuan sabotase distribusi air di aliran Selokan Mataram di wilayah Sleman timur yang dilakukan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan).

"Dalam kasus tersebut kami telah melakukan penelusuran terkait keluhan petani di Kecamatan Kalasan dan Berbah yang mengaku distribusi air Selokan Mataram tidak sampai ke wilayah mereka. Dari penelusuran tersebut kami menemukan adanya bukti sabotase," katanya.

Ia mengatakan, dalam penelusuran ditemukan ada beberapa bangunan penguras di aliran di sekitar Selokan Mataram yang dialihkan fungsinya untuk kolam ikan oleh sebagian kelompok masyarakat.

"Dari temuan tersebut, kami telah mengundang dua pokdakan yang disinyalir mengambil air di Selokan Mataram tanpa izin. Dalam pertemuan itu, kelompok diberi penjelasan bahwa tindakan mereka adalah salah dan juga memberikan beberapa solusi," katanya.

Heru mengatakan, sebagai jalan tengah anggota pokdakan akan diberi waktu waktu satu hingga dua minggu guna berkomunikasi dengan penyuluh lapangan, dan mencari pangsa untuk memasarkan hasil ikan mereka.

"Pemerintah juga akan mengusulkan ganti sumber air melalui pembuatan sumur dan bantuan pompa melalui alokasi APBD Perubahan 2020 dan akan mengupayakan bantuan kincir air untuk mendorong produksi perikanan," katanya.

Ia mengatakan, menyikapi persoalan dalam distribusi pengairan, DP3 Sleman akan terus berkomunikasi dan mengedukasi petani maupun pokdakan agar menggunakan air secara arif dan bijak.

"Saat ini air Selokan Mataram sudah mengalir sampai wilayah Kalasan dan Berbah ada lebih dari 100 hektare," katanya.

Ketua Forum Petani Kalasan Janu Riyanto mengatakan saat ini air sudah kembali masuk ke Selokan Mataram khususnya di wilayah Kalasan dan Berbah sejak Kamis (23/1).

"Kembalinya air di Selokan Mataram kami sambut dengan menangis sujud syukur setelah mengering dalam waktu lama. Kami juga lakukan kegiatan gotong royong membersihkan sampah dan rumput di sekitar selokan," katanya.

Menurut dia, sebelumnya air tidak pernah dijumpai di kawasan tersebut hingga Selokan Mataram kering yang menyebabkan ratusan petani tidak menanam padi. Bahkan saat masuk musim tanam, air juga tidak muncul hingga beberapa petani menyambung hidup dengan menjadi buruh bangunan.

"Cukup lama air lama tidak mengalir di Kalasan dan Berbah, dan kondisi ini terjadi sekitar 3-4 tahun lalu sampai banyak petani tidak bisa panen. Waktu masuk musim hujanpun tidak ada air di Selokan Mataram" katanya.

Ia mengatakan, kondisi ini mengakibatkan lebih dari 251 hektare sawah yang tidak dapat diolah.

"Dari 251 hektar itu setidaknya ada 250 petani tidak bisa menanam. Belum lagi petani yang jauh jaraknya dari aliran selokan. Dugaan kami ada oknum yang sengaja sabotase. Tapi kami tidak tahu siapa," katanya.

Petugas pengamat Selokan Mataram Sriyana mengatakan masalah dugaan sabotase tersebut sudah ada sebelum dirinya bertugas di wilayah tersebut.

"Yang saya tahu mengenai kendala air dikarenakan ada penyalahgunaan pintu penguras untuk pintu harian kolam. Petugas udah mencoba memberi arahan dn pendekatan musyawarah untuk solusi di tempat tersebut, tetapi mereka selalu menolak untuk membuka. Intinya kalau petugas menutup pintu penguras tidak lama mereka buka sendiri," katanya.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024