ACT DIY berpartisipasi merampungkan jembatan akses pelajar di Bantul

id ACT

ACT DIY berpartisipasi merampungkan jembatan akses pelajar di Bantul

Jembatan sebagai akses para pelajar menuju Madrasah Aliayah (MA) Ummatan Wasathon di Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul rampung dikerjakan, Jumat (14/2). (ACT)

Yogyakarta (ANTARA) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY telah ikut merampungkan jembatan akses para pelajar menuju Madrasah Aliayah (MA) Ummatan Wasathon di Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul, Jumat (14/2).

Berkolaborasi dengan Kitabisa.com, ACT DIY mengandalkan donasi dari masyarakat sehingga donasi untuk membangun jembatan pelajar terkumpul hampir Rp200 juta.

"Nah dana tersebutlah yang kemudian digunakan untuk membangun jembatan pelajar ini. Pembangunan dimulai sejak bulan oktober 2019 lalu oleh tim ACT dan selesai pada pertengahan Januari 2020," ujar Kharis pradana, koordinator program pembangunan jembatan pelajar. 

Jembatan dengan lebar 2,5 meter dan panjang 12 meter inilah sebagai wujud asa ratusan pelajar MA Ummatan Wasathon, menyambung akses para pelajar agar tetap bisa belajar dan dibangun atas kepedulian para dermawan di tanah air. 

Menurut penuturan Kepala Sekolah MA Ummatan Wasathon, Subardi, ia menceritakan di Desa Imogiri ini tepatnya di bulan Maret 2019 lalu terjadi banjir bandang, tingginya curah hujan serta tidak mampunya sungai Celeng untuk menampung debit air akhirnya jembatan di Desa tersebut ambuk. 

Nahasnya, jembatan yang ambruk tersebut merupakan jembatan satu-satunya yang harus dilalui untuk menuju ke sekolah MA Ummatan Wasathon. Pasca ambruknya jembatan tersebut pihak sekolah terpaksa harus meliburkan para siswa walaupun saat itu tengah berlangsung ujian sekolah. 

Berselang sehari pasca jembatan tersebut ambruk, banyak dari relawan dan komunitas bergegas membantu, membangun jembatan darurat, untuk mensupport agar kegiatan belajar-mengajar MA Ummatan Wasathon terus berlangsung. 

"Waktu itu dibuat jembatan darurat yang dibuat dari bambu dan dikaitkan dengan tabung-tabung drum sebagai pelampung, ternyata hanya mampu bertahan dua hari karena diterjang banjir," tambah Subardi sembari menceritakan kejadian banjir tahun 2019 lalu.

Di hari berikutnya, Kodim Bantul bersama masyarakat setempat dan para relawan bergotong-royong untuk membangun kembali jembatan yang lebih kokoh walaupun tetap mengandalkan bahan baku bambu dan pondasi beton. 

Hampir setahun berlalu jembatan bambu tersebut masih bisa dilewati, akan tetapi cukup derasnya arus sungai membuat tanah yang sebagai pondasi jembatan tersebut terkikis, dan dikhawatirkan pihak sekolah dapat membahayakan para pelajar dan masyarakat yang kebetulan melintasi jembatan tersebut.