Gunung Kidul merealokasi pupuk bersubsdi antarkecamatan

id pupuk bersubsidi,kelangkaan pupuk bersubsidi,kartu tani,Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul,Gunung Kidul

Gunung Kidul merealokasi pupuk bersubsdi antarkecamatan

Petani di Kabupaten Gunung Kidul kesulitan mendapat pupuk bersubsidi. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan merelokasi pupuk bersubsidi antarkecamatan untuk mengatasi masalah kelangkaan pupuk yang terjadi pada akhir tahun di wilayah ini.

Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunung Kidul Raharjo Yuwono di Gunung Kidul, Kamis, mengakui pihaknya banyak mendapatkan keluhan dari petani terkait kelangkaan pupuk bersubsidi di tingkat petani.

"Kami sudah membuat kebijakan realokasi pupuk bersubsidi antarkecamatan dan realokasi antarkabupaten. Hal ini sesuai dengan keputusan Kepala Dinas Pertanian DIY," kata Raharjo.

Ia mengatakan kelangkaan pupuk bersubsidi ini karena adanya penurunan kuota pupuk subsidi dari pemerintah pusat. Kejadian ini terjadi di semua wilayah termasuk Gunung Kidul. Kuota pupuk yang turun, Urea, NPK, ZA dan pupuk organik. Rinciannya, alokasi tahun lalu, pupuk Urea 9.069 ton, SP-36 alokasi 886 ton, ZA 1.620 ton, NPK 5.481 ton dan pupuk organik 901 kuintal. Sementara tahun ini, Urea 7.092 ton, Sp-36 667 ton, ZA 540 kwintal, NPK 4.147 ton dan pupuk organik 138 kuintal.

“Kalau persentase, misal untuk pupuk Urea turun 19 persen, NPK turun 25 persen,” katanya.

Meski kuota pupuk subsidi berkurang, Raharjo mengklaim tidak akan menjadi permasalahan besar. Saat ini, ada asosiasi pupuk organik milik petani yang biasa menyediakan atau mengolah bersama pupuk kandang.

“Jadi memang, rencana difinitif kebutuhan kelompok (RDKK) atau kebutuhan petani hanya bisa dilayani 30 persen dengan pupuk bersubsidi NPK,” ungkapnya.

Contoh kasus di Kapanewon Patuk, terealiasi NPK sudah 345 ton atau 100 persen. Namun jika di lapangan kurang karena keterbatasan kuota, akan direalokasi dari Semanu dan Wonosari ditambahkan ke Patuk.

“Kurang lebih 10 ton dalam waktu dekat. RDKK Patuk untuk NPK 1.168 ton hanya bisa dialokasikan 345 ton karena memang kuota,” katanya.

Sementara itu, petani di wilayah Kapanewon Patuk, Jumini mengatakan kebutuhan pupuk saat musim tanam adalah NPK, Phonska dan pupuk organik. Untuk pupuk organik petani masih bisa mengusahakan, beda dengan pupuk buatan pabrik.

"Kebutuhan empat kuintal, pada saat penebusan (menggunakan kartu tani) hanya dapat dua kuintal,” kata Jumini.

Menurut dia, program kartu tani nyaris tidak ada kelebihannya jika ukurannya pemenuhan kebutuhan pupuk. Sudah jelas-jelas saldo kartu tani ada namun tetap tidak bisa digunakan karena barangnya tidak ada.

"Bersama dengan petani lain nasibnya sama. Diminta menunggu, tapi sampai kapan. Solusinya ya, beli pupuk nonsubsidi dengan selisih harga mencolok,” katanya.