BMKG imbau masyarakat tidak sepelekan gempa berkedalaman menengah

id Gempa jawa timur, gempa interslab, bmkg

BMKG imbau masyarakat tidak sepelekan gempa berkedalaman menengah

Polisi dan prajurit TNI AD membantu warga membersihkan puing-puing bangunan yang rusak akibat gempa di Desa Kaliuling, Lumajang, Jawa Timur, Senin (12/4/2021). Personel TNI dan Polri dikerahkan untuk membantu warga korban gempa untuk membersihkan sisa-sisa puing bangunan yang rusak akibat gempa. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc.

Gempa interslab menyebabkan pergerakan tanah jauh lebih besar dibanding gempa untuk sumber lainnya, dan mampu mengguncang lebih keras.

Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk tidak menyepelekan gempa berkedalaman menengah, seperti yang mengguncang Jawa Timur dengan magnitudo 6,1 pada 10 April 2021.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebutkan karakteristik gempa yang terjadi di selatan Pulau Jawa, paling banyak berkedalaman lebih dari 50 km.

"Kita paling banyak meremehkan gempa berkedalaman menengah. Sebenarnya, gempa yang merusak di Malang, menariknya adalah kedalamannya hampir menengah hingga menengah," ujar Daryono secara daring yang dipantau dari Jakarta, Jumat.

Baca juga: Pasien sembuh dari COVID-19 di Bantul bertambah 66 orang

Gempa Jawa Timur yang berlokasi di laut pada jarak 90 km arah selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, berada pada kedalaman 80 km.

Daryono menyebut gempa di Jawa Timur lalu merupakan gempa yang bersumber dalam lempeng atau interslab. Gempa tersebut terjadi di zona benioff.

Gempa interslab memiliki karakteristik guncangan meluas, karena energi regangan yang terakumulasi, diubah menjadi gelombang seismik. Selain itu, gempa interslab umumnya miskin gempa susulan.

"Gempa interslab menyebabkan pergerakan tanah jauh lebih besar dibanding gempa untuk sumber lainnya, dan mampu mengguncang lebih keras," kata dia.

Daryono menegaskan gempa di Jawa Jitmur bermagnetudo 6,1 itu merupakan bagian dari serangkaian gempa signifikan interslab di selatan Pulau Jawa, dan terjadinya bergantian dari barat sampai ke timur. Hal tersebut menunjukkan sistem aktivitas subduksi di Indonesia memang aktif.

Baca juga: Pemkab minta warga Bantul terlanjur yang mudik Lebaran melakukan isolasi

Gempa interslab yang berulang di selatan Jawa, di antaranya Gempa Bali 5,6 M (2017), Gempa Tasikmalaya 6,9 M (2017), Gempa Banten 6,1 M (2018) dan terakhir Gempa Sukabumi 5,0 M (2021).

"Ke depan, bangunan tahan gempa di wilayah ini harus segera diwujudkan, karena ini tidak akan berakhir sampai kapanpun. Sehingga kita hanya bisa beradaptasi untuk membangun rumah tahan gempa," ujar Daryono.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama kementerian/lembaga dan unsur pentaheliks lainnya, seperti ahli bencana dari perguruan tinggi dan praktisi kebencanaan, menyelenggarakan rapat koordinasi (rakor) tim intelijen penanggulangan bencana guna memaparkan data dan informasi, kajian saintifik serta upaya penanggulangan bencana di wilayah terdampak pada Kamis (29/4) dan Jumat (30/4).

Pada rakor hari kedua, tim intelijen membahas bencana geologi gempa bumi yang mengguncang Jawa Timur pada 10 April 2021. Rakor yang dilaksanakan secara tatap muka dan daring ini menghadirkan narasumber dari berbagai kementerian lembaga, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Hadir pula memberikan paparan secara daring ahli bencana dari perguruan tinggi.

Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024