Pemkot Yogyakarta terus upayakan tambah fasilitas isolasi pasien COVID-19

id fasilitas isolasi,shelter,sekolah,yogyakarta

Pemkot Yogyakarta terus upayakan tambah fasilitas isolasi pasien COVID-19

Pekerja menyiapkan fasilitas untuk isolasi warga yang terpapar COVID-19 di Rumah Sakit Veteran Patmasuri, Bantul, Yogyakarta, Rabu (13/1/2021). Pemkab Bantul membenahi rumah sakit yang beberapa tahun tidak beroperasi itu untuk menambah kapasitas lokasi isolasi warga yang terpapar COVID-19. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/wsj.

Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta mengupayakan pemenuhan kebutuhan fasilitas untuk penanganan isolasi bagi pasien COVID-19, salah satunya dengan membuka selter di Rusunawa Gemawang pada pekan ini ditambah penggunaan gedung sekolah negeri.

"Untuk Rusunawa Gemawang akan siap digunakan pada Selasa (13/7). Kami pun sedang mendata gedung-gedung sekolah yang ada di tiap kelurahan untuk menunjang kebutuhan isolasi," kata Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin.

Rusunawa Gemawang yang berada di Kabupaten Sleman, memiliki kapasitas 34 tempat tidur dari 17 unit kamar yang akan digunakan.

Sejumlah perbaikan telah dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta agar setiap unit kamar di Rusunawa Gemawang tersebut bisa digunakan, termasuk menyiapkan fasilitas pendukung selter, sehingga pasien pun bisa menjalani isolasi dengan baik.

"Semua sarana dan prasarana untuk kebutuhan isolasi sudah siap, ada tempat tidur, bantal, dan lainnya sudah siap semua sehingga siap dioperasionalkan," katanya.

Selain itu, juga dilakukan pendataan terhadap gedung-gedung sekolah, khususnya sekolah dasar di tiap kelurahan yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanganan COVID-19.

"Di setiap kelurahan biasanya ada gedung sekolah, khususnya SD. Gedung-gedung ini sedang didata untuk kebutuhan warga yang sehat, namun di rumahnya sedang ada pasien isolasi mandiri dan kondisi rumahnya tidak memungkinkan untuk ditinggali bersama keluarga lain yang negatif COVID-19 atau kondisi permukiman padat penduduk," katanya.

Menurut dia, kebutuhan selter untuk penanganan COVID-19 tidak bisa dihitung atau diperkirakan. "Yang bisa dilakukan adalah mengantisipasi penambahan kasus dengan menyiapkan lebih banyak tempat isolasi," katanya.

Heroe yang juga Ketua Harian Satgas Penanganan COVID-19 Yogyakarta mengatakan, jumlah kasus yang cukup tinggi di kota itu pada saat ini merupakan cerminan kondisi penularan yang terjadi sekitar 10-14 hari lalu.

"Jadi, dampak dari pemberlakuan PPKM darurat ini dimungkinkan baru akan terlihat mulai pekan depan. Mudah-mudahan kasusnya bisa diturunkan karena kami pun melakukan pembatasan mobilitas dengan cukup ketat," katanya.

Dalam empat hari terakhir, temuan kasus positif COVID-19 di Kota Yogyakarta setiap harinya cukup tinggi bahkan sempat nencapai 558 kasus dalam sehari yaitu pada Kamis (8/7).

"Kasus memang cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir. Pada saat ini, hasil antigen positif pun sudah dimasukkan dalam data pasien COVID-19. Beda dengan kebijakan sebelumnya yang harus ada hasil PCR positif," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani.

Emma menambahkan, penularan di dalam keluarga masih mendominasi temuan kasus terkonfirmasi positif di Kota Yogyakarta.

Pada Minggu (11/7), total kasus aktif COVID-19 di Kota Yogyakarta tercatat sebanyak 4.205 kasus setelah ada tambahan 365 kasus baru dengan 63 pasien sembuh dan delapan pasien meninggal dunia.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024